Akademisi Sebut Wayang Kulit Calonarang Sarat Nilai Hindu Bali

Akademisi Sebut Wayang Kulit Calonarang Sarat Nilai Hindu Bali - GenPI.co BALI
Akademisi menyebut pementasan wayang kulit Calonarang sarat nilai agama Hindu Bali. Foto: Antara

Sang dalang saat melakukan aktivitas pertunjukan menyampaikan pesan simbolik tantra/kekuatan yang identik dengan kawisesan (Bairawa Tantra) atau yang istilah umumnya pengeleakan.

Selain itu, ada Yantra (simbol kawisesan) seperti gedang (pepaya) renteng, sanggah cucuk, dan upakara (banten), serta simbol yang lainnya.

Meskipun pertunjukan wayang kulit Calonarang sarat dengan simbol-simbol magis itu, Komang Gases menekankan seorang dalang harus dapat menyampaikan pesan-pesan agama atau penegakan dharma (kebaikan).

Unsur pengundangan (mengundang leak), hakikatnya untuk mengedukasi masyarakat dalam memahami seni dalam tatanan pengiwa dan penengen.

"Pengiwa adalah salah satu ajaran yang diberikan Dewi Saraswati bagaimana kita memahami Tantra Bhairawa. Sanghyang Aji Saraswati juga mengajarkan kita tentang penengen. Ini merupakan dua hal yang berbeda, namun satu kesatuan," katanya.

Khususnya bagi yang mendalami pengleakan ugig, ucapnya, dapat memahami hakikat ugig tersebut sehingga bisa "ngisep sari" agar tidak menjalankan lagi pengugig sehingga semua ajaran Dewi Saraswati itu adalah baik dan patut.

"Dengan wayang atau bayang menjadi cerminan yang mengedukasi mereka supaya tahu sesana (kewajiban) yang dilakukan," ucap dosen di Universitas PGRI Mahadewa itu.

Dalam kesempatan itu, Komang Gases juga menyoroti wayang kulit Calonarang yang semestinya dibawakan saat upacara Dewa Yadnya, saat Ida Bhatara Napak Pertiwi, karena identik dengan pengeruwatan, namun kini juga dipentaskan dalam ritual lainnya.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya