
Pada terapi HD fungsi ginjal sisa cepat hilang sementara CAPD mempertahankan fungsi ginjal. Kemudian dari sisi mortalitas, CAPD pada 2-3 tahun pertama lebih rendah, sementara HD 2-3 tahun pertama lebih tinggi.
"Ketiga modalitas ini terapi terintegrasi. Pasien yang CAPD suatu saat perlu HD dan sebaliknya atau mendapatkan kesempatan transplantasi. Masing-masing terapi memiliki kelebihan dan kekurangan," kata Aida.
Di Indonesia, pasien yang menjalani hemodialisis paling banyak usia produktif yakni 45-54 tahun diikuti usia 55-64 tahun.
Terapi ini masih terbanyak dilakukan pasien dengan total 99 persen, ketimbang CAPD yang baru 1 persen dari layanan terapi pengganti ginjal. Sementara itu, masih sangat sedikit pasien yang menjalani transplantasi ginjal.
Dokter spesialis ginjal sekaligus gizi dari Perhimpunan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI), Haerani Rasyid mengatakan, pasien yang mengalami masalah ginjal termasuk gagal ginjal akan mengalami keluhan-keluhan.
Keluhan itu terkait pemenuhan nutrisinya seperti mual, menurunnya nafsu makan seiring penurunan fungsi ginjalnya.
Akibatnya, dia rentan mengalami malnutrisi dan ini akan lebih menurunkan kualitas hidupnya.
"Kami mencoba memberikan intervensi nutrisi sesuai dengan beratnya penurunan fungsi ginjal serta modalitas terapi pada kondisi pasien, apa dia menjalani proses hemodialisis atau tidak," tutur dia.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News