GenPI.co Bali - Penyebaran Covid-19 di Kota Denpasar, Bali yang makin menggila baru-baru ini nampaknya benar-benar bisa mengancam pawai Ogoh-ogoh pada Hari Raya Nyepi tahun 2022.
Sudah lebih dari tiga tahun belakangan masyarakat seantero Indonesia, tidak terkecuali Pulau Dewata terancam akan keberadaan pandemi Corona.
Imbas adanya kans penyebaran yang cepat, berbagai tradisi di Bali pun terkena imbasnya. Terlihat dari proses persembahyangan dan kegiatan sakral erat kaitannya dengan berkerumun begitu dibatasi.
Bahkan, sejak 2020 lalu perayaan meriah berupa arak-arakkan ogoh-ogoh juga tak terlihat. Tradisi yang syarat H-1 Hari Raya Nyepi ini nampaknya juga terancam tak bisa berlangsung tahun 2022.
Hal tersebut menyusul makin tak terkendalinya kasus paparan Covid-19 di wilayah Kota Denpasar dalam sepekan terakhir.
Upacara Melasti dan pawai ogoh-ogoh serangkaian Nyepi Caka 1944 bulan Maret mendatang akan menunggu hasil evaluasi status PPKM Provinsi Bali.
Seperti diketahui, hingga 14 Februari 2022 nanti, Provinsi Bali masih dalam status peningkatan PPKM Level 3 akibat lonjakan kasus yang terjadi.
Fakta tersebut terungkap dalam rapat koordinasi Majelis Madya Desa Adat (MMDA) Kota Denpasar dengan Bendesa Adat, Pesikian Yowana, dan Pesikian Pecalang Kota Denpasar, Selasa (08/02/22).
Ketua MMDA Kota Denpasar, AA Ketut Sudiana menyebut hingga saat ini pihaknya masih mengacu pada hasil paruman sebelumnya.
Yakni membolehkan adanya kegiatan pawai ogoh-ogoh untuk menyempurnakan rangkaian Perayaan Nyepi Tahun Caka 1944.
"Terkait pelaksanaan pawai ogoh-ogoh akan menunggu evaluasi PPKM setelah tanggal 14 Februari mendatang," sebut AA Ketut Sudiana, Selasa (08/02/22).
Meskipun demikian, Gubernur I Wayan Koster sendiri sudah sempat menyinggung jika ada kans pawai ogoh-ogoh saat hari Nyepi tetap tak bisa berlangsung mengingat kasus Covid-19 baik itu di Denpasar dan wilayah lain masih banyak. (gie/jpnn).
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News