Kesehatan: Pakai Obat Tidur Melatonin Bisa Berbahaya, Kenapa?

08 Agustus 2022 20:00

GenPI.co Bali - Studi kesehatan menyebutkan bahwa penggunaan obat tidur melatonin bisa berujung bahaya pada manusia apabila dikonsumsi secara berlebihan.

Fakta ini terungkap setelah banyak orang, khususnya yang berdomisili di Amerika Serikat sering menggunakan obat tersebut guna percepat lelap di waktu malam.

Studi itu mengamati sepuluh siklus Survei Pemeriksaan Kesehatan dan Gizi Nasional (NHANES) AS, yang mencakup tahun 1999 hingga 2018.

BACA JUGA:  Media Asing: Viral Video Aksi Gila Bule Naik Motor Matik di Bali

Studi ini melibatkan 55.021 orang dewasa, 52 persen di antaranya adalah wanita. Para peserta memiliki usia rata-rata 47,5 tahun.

Hasilnya menunjukkan bahwa pada tahun 2018, orang dewasa di Amerika Serikat menggunakan lebih dari dua kali jumlah obat bantuan tidur ini daripada yang mereka lakukan satu dekade sebelumnya.

BACA JUGA:  Infrastruktur Bali Bikin Timor Leste Terpesona, Cok Ace Pamer Ini

Nah, penggunaan ini dapat menimbulkan risiko masalah kesehatan pada beberapa individu.

Studi tersebut mengungkapkan bahwa penggunaan melatonin meningkat dari 0,4 persen pada 1999–2000 menjadi 2,1 persen pada 2017–2018, dengan peningkatan dimulai pada 2009–2010.

BACA JUGA:  Karyawan Hotel Grand Inna Bali Beach Tolak PHK, Sentil Manajemen

Studi yang diterbitkan dalam Journal of American Medical Association (JAMA), dan penulis utamanya adalah Dr. Jingen Li, Ph.D., dari Beijing University of Chinese Medicine ini mengevaluasi orang dewasa yang mengonsumsi melatonin dengan dosis yang dianjurkan 5 miligram per hari (mg/d), serta mereka yang melebihi dosis tersebut.

Sebelum 2005–2006, penulis menemukan bahwa pengguna tidak melaporkan penggunaan lebih dari 5 mg/hari, tetapi prevalensi penggunaan lebih dari 5 mg/hari meningkat dari 0,08 persen pada 2005–2006 menjadi 0,28 persen pada 2017–2018.

Meskipun penggunaan melatonin secara keseluruhan di AS masih relatif rendah, penelitian ini "mendokumentasikan peningkatan signifikan berlipat ganda dalam penggunaan melatonin dalam beberapa tahun terakhir."

Pernyataan itu datang dari spesialis mengenai tidur Rebecca Robbins, Ph.D. instruktur di divisi obat tidur di Harvard Medical School dan tidak terlibat dalam penelitian ini.

"Menggunakan alat bantu tidur telah dikaitkan dengan studi prospektif dengan perkembangan demensia dan kematian dini. Melatonin adalah salah satu bantuan tidur tersebut," katanya sebagaimana dilaporkan Medical News Today.

Jam biologis tubuh mengatur fluktuasi hormonal, yang berkembang sepanjang umur seseorang.

Akibatnya, penuaan sering memengaruhi aktivitas seperti pola tidur dan bangun, yang dalam beberapa kasus menjadi semakin terganggu dan terfragmentasi.

Melatonin adalah hormon kunci yang mengatur ritme sirkadian tubuh. Ritme sirkadian memainkan peran yang berpengaruh dalam aspek-aspek tertentu dari fungsi dan perilaku tubuh kita.

Mereka juga memainkan peran penting dalam pengaturan tidur dan kesehatan yang baik secara keseluruhan pada manusia, dan gangguan mereka dapat memiliki banyak konsekuensi.

Konsekuensi negatif dari kurang tidur dapat mencakup kekuatan yang lebih rendah, suasana hati yang kurang positif, dan perasaan stres, kedinginan, atau mengantuk. Efek ini dapat terjadi pada orang-orang dari segala usia.

Apakah penggunaan melatonin efektif untuk mendapatkan tidur yang cukup?

Menurut Dr Castriotta, “dosis rendah (1–3 mg) melatonin aman dan efektif dalam keadaan tertentu dalam mengelola gangguan ritme sirkadian tetapi bukan hipnosis yang sangat baik.”

Bagaimanapun konsumsi sesuatu yang berlebihan tidak baik.

Dan, penggunaan melatonin melebihi dosis bisa menimbulkan efek samping seperti pusing, keram perut, sakit kepala, mual, kebingungan atau disorientasi, depresi, sifat lekas marah, kecemasan, tekanan darah rendah, dan bergetar. (Ant)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: I Made Dwi Kardiasa

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co BALI