KRI Ki Hajar Dewantara: Kapal Perang Jadi Wisata Selam di Bali

04 Oktober 2022 09:00

GenPI.co Bali - Sempat jadi kapal perang, KRI Ki Hajar Dewantara 364 kabarnya bakal dialih fungsikan untuk menjadi objek wisata kapal selam di Bali dalam waktu dekat.

Hal tersebut merupakan buntut rencana menenggelamkan kapal buatan Yugoslavia itu di perairan Desa Pacung, Kecamatan Tejakula, Buleleng.

KRI Ki Hajar Dewantara 364 sendiri sudah sangat dikenal sebagai kapal perang buatan Yugoslavia.

BACA JUGA:  Pria Payangan Gianyar Tewas Usai Ambil Bansos, Motif Korban?

KRI Ki Hajar Dewantara 364 merupakan jenis kapal latih perusak kawal rudal yang menjadi bagian dari armada pemukul (striking force).

Didatangkan pada 1980, KRI Ki Hajar Dewantara 364 mulai beroperasi pada 1981 dan menjadi bagian dari kapal eskorta Komando Armada Wilayah Timur yang kini berubah nama jadi Koarmada II.

BACA JUGA:  Bule Belanda Tewas Misterius di Kubu, Istri Teriak Histeris

Kapal ini sekaligus jadi kapal latih Taruna Akademi Angkatan Laut (AAL).

Sebelum ditentukan di perairan Desa Pacung, ada dua alternatif penenggelaman, yaitu perairan Desa Bondalem dan Desa Pacung.

BACA JUGA:  Tragedi Kanjuruhan, Ultras Garuda Bali Desak Boikot Liga 1

Dua tempat tersebut sama-sama berada di wilayah ujung timur Buleleng, yaitu Kecamatan Tejakula.

Namun, setelah keluar kajian dari Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL), akhirnya perairan Desa Pacung yang dipilih.

Keputusan ini diambil karena perairan dan lahan darat menjadi satu kesatuan. Lahan di daratan itu pun harus tanah milik desa adat atau pemerintah.

"Tidak boleh milik perorangan. Karena di darat Bali Tourism Board (BTB) akan membangun sarana prasarana semacam museum. Akan ditempatkan replika kapal perang eks TNI AL yang ditenggelamkan," ujar Bupati Buleleng Ketut Lihadnyana, Selasa (27/09/22).

Ke depan, Pemkab Buleleng akan mengelola kawasan wisata tersebut bersama BTB dan Pemprov Bali.

Menurutnya, kerja sama tiga pihak ini akan menjadi pijakan dalam mengelola sebuah destinasi baru dalam bentuk wisata bahari melalui penenggelaman kapal eks TNI AL ini.

Hingga saat ini, kerja sama itu berjalan dengan cukup baik.

"Kami di Buleleng sudah menyiapkan surat permohonan hibah. Setelah itu ini harus dikelola dengan kerja sama tiga pihak. Karena perairan itu kewenangan provinsi, sementara kapal menjadi milik Pemkab karena sudah dihibahkan. Pengelolaannya dari BTB," katanya.

Lihadnyana mengatakan bahwa perjanjian kerja sama akan segera diselesaikan.
Permohonan hibah juga akan segera diajukan ke Kementerian Keuangan dan atau Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL).

Ketut Lihadynana mengatakan BTB akan membiayai penuh proses ini.

Mulai dari merestorasi kapal, membawa ke titik penenggelaman, hingga proses penenggelaman.

"Pemeliharaan setelahnya juga bagian dari tanggung jawab BTB. Kemudian akan ada kontribusi ke Buleleng dan Pemprov Bali. Jelas kalau dari Pemkab Buleleng diharapkan yang bekerja adalah orang-orang Buleleng," ucapnya.

Wakil Sekretaris BTB Freddy SPS mengungkapkan rencana pengelolaan lokasi wisata selam ke depan.

Ia menyatakan, proyek ini bukan sekedar penenggelaman kapal lantaran akan ada ekosistem baik penginapan, tempat makan, dan wisata bahari lainnya di sekitar lokasi.

Ekosistem ini tentu akan melibatkan masyarakat sekitar. Paling menarik dari pengelolaan wisata selam kapal perang milik TNI AL ini akan memberikan suatu nilai sejarah yang bisa diketahui oleh para turis yang berkunjung.

"Semua proses saat ini, ditargetkan akhir tahun ini restorasi kapal dan rencana penenggelaman. Proses hibah tentu butuh waktu. Kapal akan ditenggelamkan di kedalaman 20 sampai 40 meter," paparnya. (Ant)

 

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: I Made Dwi Kardiasa

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co BALI