Keren, Ogoh-ogoh di Denpasar Ini Dibuat dari Arang dan Masker

28 Februari 2022 17:30

GenPI.co Bali - Sekelompok pemuda di Bali membuat Ogoh-ogoh setinggi 4,5 meter dengan bahan dari masker bekas dan arang.

Mereka tergabung dalam ST Tunas Muda, Banjar Dukuh Mertajati, Desa Pakraman Sidakarya, Kecamatan Denpasar Selatan.

Saking menariknya, Ogoh-ogoh buatan mereka menjadi tontonan masyarakat setempat.

BACA JUGA:  Jelang Nyepi Bali Meriah! Forkopimda Izinkan Pawai Ogoh-ogoh

Perancang Ogoh-ogoh ST Tunas Muda Pageh Wedhanta (23) mengatakan tema yang diambil dalam pembuatan Ogoh-ogoh ini yakni wabah Covid-19.

"Judulnya adalah Gerubuk (yang artinya) situasi kacau," katanya, Senin (28/02/2022).

BACA JUGA:  167 Banjar di Badung Bakal Arak Ogoh-ogoh saat Pengerupukan

Dia mengatakan konsepnya yakni menangkap keresahan dan kegelisahan masyarakat Bali yang dihantam pandemi Covid-19.

Pandemi, kata dia, telah memporak porandakan berbagai sektor di Bali.

BACA JUGA:  Sambut Nyepi dengan Pawai 53 Ogoh-ogoh, Polisi Singgung Covid-19

Hal tersebut digambarkan melalui empat tangan Ogoh-ogoh yang membawa alat dan mempresentasikan empat sektor yang lumpuh akibat Pandemi Covid-19.

Keempat sektor yang dimaksud yakni kegiatan keagaamaan, aktiivitas nelayan, pertanian, dan pendidikan.

"Di tangan ini masing-masing membawa alat sebagai perwakilan dari sektor-sektor yang lumpuh pada masa pandemi," ujarnya.

Selain itu simbol lain yang ditambilkan yakni sebuah rantai yang menggambarkan aktivitas masyarakat yang serba dibatasi.

"Jadi, di Ogoh-ogoh ini ada rantai, kami gambarkan sebagai terbelenggunya, terbatasnya pergerakan kami pada saat pandemi ini," kata dia.

Ramah Lingkungan

Dia menambahkan bahan pembuatan Ogoh-ogoh ini berasal dari bahan yang ramah lingkungan.

Beberapa di antaranya yakni ranting kayu, bambu, koran bekas, sekam, arang dan masker.

Sementara, untuk cat hitam ditubuh Ogoh-ogoh 90 persen dari warna arang hitam.

Penggunaan arang bukan tanpa makna, menurutnya arang menyimbolkan bahwa semua sektor-sektor kehidupan terbakar hangus.

"Nuansanya gelap jadi sebagai simbol duka," ujarnya.

Sementara untuk penggunaan masker yakni sebagai edukasi untuk mencegah penularan virus Covid-19.

"Tapi, kalau kita lihat dari sisi negatifnya masker ini justru menimbulkan masalah baru terhadap lingkungan seperti limbah masker yang susah untuk terurai," ujarnya.

Dia mengatakan untuk membuat Ogoh-ogoh ini menggunakan satu kardus masker baru.

Sementara arang menghabiskan sekitar 10 kilogram.

Ia juga menyatakan, untuk bahan masker mereka menggunakan masker baru sebanyak satu kardus atau ribuan pcs dan sekitar 10 kilogram arang hitam untuk mewarnai tubuh Ogoh-ogoh tersebut.

"Karena minim sekali pengetahuan kami bagaimana mengelola masker bekas ke bersih. Jadi, untuk sementara kami menggunakan masker baru," jelasnya.

Dana yang dihabiskan membuat Ogoh-ogoh ini nilainya sekitar Rp20 juta.

Nantinya Ogoh-ogoh ini akan diarak pada malam Pengerupukan Nyepi di Banjar setempat.(*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Imam Rosidin

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co BALI