Tambal Rugi Rp97 Triliun, Pantaskah Bali Usung Pariwisata Medis?

05 Januari 2022 00:00

GenPI.co Bali - Bulan Desember 2021 lalu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah mengumumkan bahwasannya RS Internasional akan membuat Bali memiliki pariwisata medis sekaligus tutup kerugian Rp97 triliun. Apakah pantas?

Dalam suatu sesi groundbreaking atau peletakan batu pertama pada Senin (27/12/21), ia berujar bahwasannya sudah cukup pola pikir masyarakat untuk berobat keluar negeri.

Pasalnya, imbas pola pikir rakyat yang lebih mengandalkan pengobatan asing membuat negara bukannya untung malah buntung dengan total kerugian 7 miliar dolar AS (Rp97 triliun).

BACA JUGA:  Pacar Pemarah Bikin Hubungan Cinta Bahaya, Ini 3 Solusinya

Alhasil, Presiden Jokowi pun sesumbar segenap masyarakat Indonesia kini tak perlu jauh-jauh berobat ke Malaysia, Singapura, AS, dan Jepang. Pasalnya, sudah ada RS Internasional Bali yang rampung 2023 depan.

Bahkan, ia juga yakin bahwa rumah sakit yang dibangun dengan kerja sama bareng Mayo Clinic dari Negeri Paman Sam bisa jadi pariwisata medis sekaligus tingkatkan kedatangan turis ke Pulau Seribu Pura.

BACA JUGA:  Astaga! Sopir Truk Jawa-Bali Ini Tewas Membusuk dan Menghitam

Akan tetapi, keraguan pun muncul seperti yang dilaporkan oleh media asing South China Morning Post dalam headline: "Akankah Indonesia Setara dengan Negara Rival Singapura, Malaysia, dan Thailand dalam Pariwisata Medis?"

Menurut dr Pandu Riono selaku ahli Epidemiologi dari Universitas Indonesia, membangun suatu sektor pariwisata berlandaskan kesehatan bukan cuma soal gedung saja melainkan juga kualitas pelayanan.

BACA JUGA:  Terlibat Kecelakaan Mobil Menuju Bali, Pemain Persikabo Meninggal

"Kita sudah punya banyak bangunan Rumah Sakit Negara, daripada bangun yang baru, lebih baik yang sekarang direnovasi dan pelayanannya diperbaiki sehingga orang-orang tak berobat ke luar," kata Riono.

Selain itu ada salah satu pasien yang lebih pro dengan pengobatan luar negeri bernama Ngurah Wisnu seperti dilaporkan oleh media SCMP karena dalih lebih kompeten.

"Saya pernah memiliki benjolan di perut dan saat diperiksa di Indonesia katanya harus operasi. Tapi saat bicara dengan dokter Singapura, mereka hanya bilang sakit ini akan sembuh tanpa obat," kata dia.

Media yang sama pun membandingkan antara wacana pariwisata medis di Indonesia dengan negara-negara tetangga seperti Singapura, Thailand, dan Malaysia.

Baginya, tak ada salahnya RS Internasional bakal menjadi pariwisata anyar bertajuk medis di Bali untuk tutup kerugian fantastis per tahunnya. Tapi, tentu segalanya juga harus diimbangi dengan pelayanan memadai. (*)

 

 

 

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: I Made Dwi Kardiasa

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co BALI