GenPI.co Bali - Seekor paus sperma ditemukan terdampar dan mati di Pantai Yeh Malet, Karangasem, Bali pada Rabu (5/4).
Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Unair mengirimkan tim khusus untuk melakukan autopsi terhadap mamalia laut terbesar itu.
Tim FKH Unair berjumlah tuuh orang yang terdiri dari drh Bilqisthi Ari Putra MSi, empat mahasiswa co-ass, dan dua mahasiswa program sarjana.
Bilqisthi sebagai ketua tim medik menjelaskan untuk melakukan autopsi paus sperma, perlu alat berat.
Tim FKH Unair menjelaskan, paus sperma itu memiliki bobot lebih dari 10 ton, panjang 17,6 meter, panjang lengkung 18,2 meter, dan berjenis kelamin jantan.
Sedangkan hasil autopsi diketahui, jika paus tersebut memiliki beberapa kelainan.
"Ada pendarahan paru-paru, pendarahan usus, dan ada indikasi diare sebelum kematian," jelas Dokter Bilqisthi dikutip dari laman Unair, Selasa (11/4).
Dia menambahkan, ditemukan makanan di dalam usus namun lambung dalam kondisi kosong. Melihat kondisi ini, tim FKH Unair memperkirakan paus sperma terakhir makan 24 jam sebelumnya.
“Ditemukan juga adanya cacing di lambung dan usus yang terkonfirmasi jenis nematoda,” terang drh Bilqisthi.
Untuk melakukan autopsi lebih mendalam, pihak FKH Unair mengambil sampel paus sperma yang terdampar di Pantai Yeh Malet untuk diuji di laboratorium patologi FKH Unair.
"Beberapa sampel seperti gigi, lambung, usus, paru, testis, saraf, kulit, dan darah. Diperkirakan hasil pemeriksaan akan keluar dalam 14 hari," bebernya. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News