GenPI.co Bali - Buntut kejadian menghebohkan demo kalangan siswa dan guru di SMPN 5 Denpasar, Bali kabarnya gegara sang kepala sekolah (kepsek) bernama Putu Eka Juliana Jaya punya sifat diktaktor baru-baru ini.
Diketahui kalangan siswa-siswi di Sekolah Menengah Pertama terkait melaksanakan unjuk rasa di halaman sekolah.
Adapun, kejadian pada hari Kamis (20/10/22), ialah aksi demo perdana yang dilakukan siswa jenjang SMP di Ibu Kota Provinsi Bali, Denpasar.
Disebut-sebut aksi demo berkaitan dengan lomba yang diikuti para pelajar SMPN 5 Denpasar dalam rangka merayakan Hari Raya Saraswati yang jatuh, Sabtu (22/10/22).
Namun, selain kejadian lomba Hari Raya Saraswati, kekesalan siswa terhadap kepala sekolah dipicu hal lain, seperti kebijakan yang dinilai terlalu keras.
"Ada lomba menjelang Hari Raya Saraswati dan mereka sudah bawa barang-barang dari rumah, bawa alat-alat dan mengeluarkan uang.
Namun, kami guru-guru hari ini tidak bisa mengawasi dan menilai mereka karena masih bimtek, kami diarahkan semuanya ke sana," kata Wali Kelas IX SMPN 5 Denpasar Sagung Made Warsiki, Kamis (20/10/22).
Sagung Made Warsiki mengatakan bahwa para siswa menuntut untuk mengganti kepala sekolah bernama Putu Eka Juliana Jaya itu karena tak setuju dengan kebijakan yang dibuat.
Namun, kami guru-guru hari ini tidak bisa mengawasi dan menilai mereka karena masih bimtek, kami diarahkan semuanya ke sana," kata Wali Kelas IX SMPN 5 Denpasar Sagung Made Warsiki.
Sagung Made Warsiki mengatakan bahwa para siswa menuntut untuk mengganti kepala sekolah bernama Putu Eka Juliana Jaya itu karena tak setuju dengan kebijakan yang dibuat.
"Sistem ibu (kepala sekolah) terlalu diktator. Kami sebagai guru kan kapasitas melayani siswa, bukan sebagai pembantu di sekolah. Namun, kami selama ini mengambil sesuatu yang bukan tupoksi kami, kami mengepel setiap hari," ujarnya.
Terkait dengan kebijakan yang bersinggungan langsung dengan siswa, Sagung mencontohkan kejadian saat ratusan siswa dijejerkan di depan sekolah karena dilarang masuk.
"Senin kemarin siswa terlambat untuk upacara dan ratusan siswa dijejerkan di depan karena pintu sudah ditutup. Kalau dahulu sebelum ibu kepala ini, jam 7.30 WITA aturannya, tetapi sekarang 06.30 WITA sudah mulai," bebernya.
Tak cuma kalangan guru, seorang siswa bernama Anindya Vera turut mengungkapkan kekecewaannya terhadap berbagai kebijakan yang diberikan oleh sang Kepala Sekolah Putu Eka Juliana Jaya.
Tak cuma heboh gegara demo terhadap kepsek yang diduga diktaktor, beberapa siswa SMPN 5 Denpasar, Bali sempat alami kerauhan alias kesurupan massal. (Ant)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News