Kepala Densus 88 Kenang Aksi Terorisme 20 Tahun Bom Bali

14 Oktober 2022 07:00

GenPI.co Bali - Irjen Marthinus Hukom selaku Kepala Detasemen Khusus (Densus) 88 Anti-Teror Polri memaparkan pendapatnya soal aksi terorisme berupa Bom Bali yang terjadi 20 tahun lalu.

Pasca insiden tewaskan ratusan jiwa tersebut, Irjen Marthinus Hukom menyebut Indonesia memiliki tekad dan semangat yang kuat untuk bisa bergandengan tangan menciptakan perdamaian tanpa kekerasan.

Indonesia juga memiliki tekad menjaga keamanan bagi setiap orang.

BACA JUGA:  Bikin Curiga Kejati Bali, UNUD Respons Dana SPI Mahasiswa

Untuk menciptakan keadaan damai tanpa kekerasan diperlukan kerja sama lintas sektor, baik pemerintah, aparat keamanan, tokoh masyarakat maupun tokoh agama, dan masyarakat umum.

“Tanpa itu semua, cita-cita bersama mewujudkan perdamaian itu sulit tercapai," kata Irjen Marthinus Hukom saat menghadiri acara "Harmony in Diversity" di Nusa Dua, Bali, Rabu (12/10/22).

BACA JUGA:  Tersangka KDRT terhadap Lesti, Rizky Billar Terancam Penjara

Hari ini seluruh elemen masyarakat dari berbagai profesi diajak untuk merenung dan memaknai momentum peringatan Bom Bali 1 yang terjadi pada 12 Oktober 2002.

Peristiwa Bom Bali 1 yang terjadi tepat 20 tahun lalu sekitar pukul 23.05 WITA di dua tempat, yakni Sari Club dan Paddy’s Pub, menewaskan sebanyak 202 orang dan melukai 209 orang dari 22 negara.

BACA JUGA:  Profil Gede Sanjaya, Bupati Tabanan Berawal Kerja di Hotel

Sepuluh menit setelah itu, sebuah bom meledak di Kantor Konsulat Amerika Serikat di Denpasar.

Irjen Marthinus mengatakan untuk memaknai 20 tahun peristiwa Bom Bali 1, ada tiga kegiatan yang dilakukan, yakni pelepasan tukik, penyu dan merpati.

Selain itu ada sharing pengalaman dari para pelaku sejarah baik keluarga korban, tim investigator maupun aparat keamanan.

Terakhir doa bersama di Monumen Bom Bali 1 atau Ground Zero, Kuta, Badung, Bali.

"Melalui pelepasan tukik, penyu dan burung merpati, ada tiga nilai penting dari kegiatan ini, pertama kita sedang merawat kehidupan, tukik dan burung merpati melambangkan kehidupan," katanya.

Makna kedua dari kegiatan melepas hewan tersebut adalah merawat nilai kebebasan dan ketiga adalah merawat nilai keseimbangan karena setiap manusia memiliki hak untuk hidup.

"Siapa pun, tidak ada manusia lain mempunyai hak untuk mengambil kehidupan orang lain. Berbicara tentang kehidupan, kita juga berbicara tentang martabat manusia," ujar Irjen Marthinus.

Oleh karena itu, ia menyatakan nilai kedua yang tidak jauh dari penghargaan terhadap martabat manusia adalah nilai kebebasan.

"Kita harus bebas mengekspresikan semua nilai-nilai yang kita yakini selama nilai-nilai itu tidak bertentangan dengan nilai-nilai sosial yang ada.

Kebebasan itu juga dibatasi oleh kebebasan orang lain sehingga ketika kita bicara tentang kebebasan, maka kebebasan kita akan berhenti persis di ujung kebebasan orang lain.

Itulah nilai di mana kita harus hidup menghargai kebebasan," kata dia.

Nilai ketiga dari upacara pelepasan tukik dan penyu di Pantai Merusaka melambangkan keseimbangan karena melepaskan tukik dan burung merpati adalah simbol menjaga keseimbangan antara makhluk hidup dan lingkungan.

"Dengan menghargai kehidupan, menghargai martabat, menghargai keseimbangan, yakinlah bahwa kita akan hidup berdampingan dengan damai dan aman," paparnya. (Ant)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: I Made Dwi Kardiasa

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co BALI