Wisman & Warga Bali Ngadu Soal Canggu ke Presiden Jokowi, Kenapa?

16 September 2022 04:00

GenPI.co Bali - Permasalahan pelik di Canggu, Kabupaten Badung membuat segenap wisatawan mancanegara (wisman) dan warga Bali mengadu ke Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) baru-baru ini.

Pengaduan itu tak cuma terhadap orang nomor satu di Indonesia saja melainkan juga Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri, Menparekraf, Gubernur I Wayan Koster, dan PHDI Pusat.

"Kami mewakili penduduk Bali dan terutama kami yang bekerja dan tinggal di Canggu, merasa trenyuh melihat Bali yang dirusak habis-habisan oleh bar-bar, 'beach club-beach club, night club-night club'," kata penggagas petisi, P Dian, Senin (12/09/22).

BACA JUGA:  Sarwendah Buka-bukaan Soal Penyakitnya, Istri Ruben Sakit Apa?

Surat terbuka dan petisi bertajuk "End Extreme Noise in Canggu" (Basmi Polusi Suara di Canggu) telah didukung 6.854 masyarakat dan warga asing hingga Senin (12/09/2022) pukul 11.00 WITA.

P Dian menjelaskan Pulau Dewata yang begitu terkenal karena kedamaian, keindahan, dan budaya hingga memenangkan sebagai pulau nomer 1 di dunia itu, kini diganggu suara menggelegar dari bar-bar terbuka di Batu Bolong maupun di Brawa.

BACA JUGA:  Diserbu Persatuan Dukun Indonesia, Gus Miftah Tuding Pansos

"Hampir setiap malam dalam seminggu, setiap minggu, setiap bulan, sebelum maupun kini setelah pandemi, membuat manusia tidak mungkin beristirahat tidur di malam hari, di jam-jam normal seperti di atas jam 22," imbuhnya.

Menurut sang penggagas petisi, banyak tempat hiburan malam mengeluarkan suara keras guna menarik perhatian pengunjung.

BACA JUGA:  Menolak Tua, Metode Meremajakan Kulit 30 Tahun Lebih Muda

"Karena suara menggelegar dari bar-bar terbuka yang bersebelahan dengan pura-pura suci Bali, hingga membuat kaca-kaca jendela dan pintu bergetar. Lebih parah daripada gempa bumi," katanya.

Menurut dia, gangguan suara ini berlangsung hampir setiap malam, hingga jam 1, jam 2, jam 3, bahkan kadang jam 4 pagi.

"Negara lain selalu mempunyai aturan resmi bahwa terutama di atas jam 22 (10 malam), tidak diperbolehkan suara keras apa pun atau oknum-oknum tersebut langsung mendapatkan sanksi penalti yang berat, bahkan dicabut izinnya," katanya.

Sebelum pandemi, Satpol PP sudah menegur keras dan mengancam segel pada sembilan bar di Canggu yang bising dan beroperasi hingga subuh, tetapi sayangnya tidak diindahkan oleh banyak bar-bar terbuka ini hingga setelah pandemi justru semakin parah.

"Keributan-keributan ini telah menimbulkan penderitaan terhadap ribuan orang, baik penduduk Bali, ekspatriat maupun wisatawan mancanegara maupun domestik," katanya.

Pulau Bali yang konon sedamai dan seindah surga itu, ternyata memiliki tempat yang sangat gaduh hiruk pikuk oleh suara menggelegar loud speaker bar-bar, sepeda motor dan wisatawan mabuk-mabukan.

Tentu pemerintah tidak menargetkan Bali yang begitu tinggi nilai kesuciannya itu untuk wisatawan murahan, yang datang hanya untuk berhura-hura, karena di negara asal mereka jelas-jelas tidak diperbolehkan untuk membuat kegaduhan seperti itu.

"Pendapatan pemerintah dari wisata murahan yang merusak nama Bali habis-habisan di dunia internasional itu tentu tidak sebanding dengan hilangnya pendapatan dari villa-villa hotel-hotel setempat, imbas banyak yang angkat kaki," katanya.

Keengganan datang ke Bali lagi itu terjadi akibat klub-klub, bar-bar ini, terletak langsung di sebelah pura-pura seperti Pura Kahyangan Jagat yang begitu suci, di sebelahnya langsung terjadi tindakan-tindakan tidak senonoh.

Tindakan absurd di sekitar bar-bar tersebut tak lain dan tak bukan ialah mabuk-mabukan, seks, kencing di area pura dan mungkin lebih buruk lagi.

"Tidak jarang jam 3 pagi terjadi perkelahian dan juga kebut-kebutan pengendara sepeda motor yang sudah mabuk, yang berakhir dengan kecelakaan. Selain itu, beberapa bar-bar juga menimbulkan masalah lingkungan," katanya.

Dengan ini, kami mohon dengan sangat kepada pemerintah untuk segera ditetapkannya peraturan ketat dengan sanksi resmi dan berat, dengan dipantau secara ketat oleh Satpol PP.

"Kami tidak lagi bisa berdiam diri, karena pulau Bali kita yang indah masih bisa kita selamatkan bersama. Kebudayaan kami yang begitu sakral dilenyapkan oleh pelaku-pelaku hura-hura demi bisnis uang mereka pribadi," katanya.

Salah seorang warga asing yang mendukung petisi ini, Lily van Bunnik, menyatakan ingin Bali memiliki daya tarik desa yang cantik, bukan sekadar tempat pesta yang ribut.

"I would like Bali to be a peaceful destination to holiday in," kata Jackie Brown dalam pernyataan dukungan petisi itu. "Not all of Bali is a party place. Some can be loud but not all," kata Krishna Chieppa yang juga mendukung petisi itu.

Presiden Jokowi pun diharapkan bisa temukan solusi terbaik untuk membebaskan Canggu dari polusi suara sekaligus jamin kenyamanan tinggal warga Bali sekaligus wisman. (Ant)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: I Made Dwi Kardiasa

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co BALI