GenPI.co Bali - Baru-baru ini, dokter forensik asal Bali dr Ida Bagus Putu Alit DFM SpF mengemukakan bagaimana kesan-kesannya saat memeriksa jasad Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat atau Brigadir J, korban pembunuhan Ferdy Sambo.
Sebagaimana diketahui, kasus menggegerkan pembunuhan terhadap seorang anggota polisi ini masih hangat diperbincangkan publik.
Nah, yang cukup menarik untuk disimak, terungkapnya bobrok Ferdy Sambo ini tak lepas dari kerja keras para dokter forensik, salah satunya Ida Bagus Putu Alit.
Dokter Alit, sapaan akrabnya, mengaku turut serta atas dasar kewajiban bahwa secara hukum ada kewenangan dari penyidik untuk meminta dokter forensik melakukan pemeriksaan.
Dirinya terlibat setelah ada permintaan Mabes Polri kepada Kolegium PDFI (Persatuan Dokter Forensik Indonesia).
"Ada kewajiban hukum bagi profesi dokter, bahwa dokter akan mengaplikasikan ilmu dan teknologi yang dimilikinya untuk kepentingan peradilan. Bukan semata-mata untuk kepentingan pasien, tetapi untuk peradilan," kata dokter Alit, Jumat (02/09/22).
Terkait pengalamannya saat melakukan autopsi Brigadir J, pada Rabu (27/08/22) lalu, dokter forensik RSUP Prof Ngoerah ini menilai tak ada perbedaan dengan lainnya.
Menurutnya, tugas tersebut merupakan bagian dari pekerjaan sehari-hari.
Namun, yang spesifik adalah kasus kematian Brigadir J menyita perhatian masyarakat.
"Tidak ada perasaan tegang. Kita prinsipnya dipercaya kompetensinya, kita pergunakan kompetensi. Kasus ini sama, yang membedakan skala informasi yang ditemukan oleh masyarakat," ujar dokter kelahiran Karangasem, Bali itu.
Dokter Alit menceritakan bahwa saat proses autopsi jenazah Brigadir J, tim forensik berjumlah lima dokter dan dua teknisi dengan dirinya satu-satunya dokter yang dipanggil dari Bali.
"Autopsi hanya memakan waktu satu hari atau beberapa jam saja, hanya saja pemeriksaan penunjang yang membutuhkan waktu lama. Kita menyampaikan membutuhkan waktu empat sampai delapan pekan. Agar dapat temuan spesifik," beber dokter Alit.
Akademisi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana ini menuturkan bahwa dirinya terbiasa melakukan pemeriksaan serupa di Bali.
Beberapa kasus gaungnya bahkan hingga ke dunia internasional.
"Kasus yang saya ingat kasus besar, dalam artian korbannya banyak seperti bom. Atau kasus yang sensitif seperti Angeline. Atau kasus yang lama terungkap, jadi kasus beku masih tetap disimpan sampai sekarang belum terungkap," tuturnya.
Dokter Alit mengatakan bahwa hasil pekerjaannya sepenuhnya bersifat sains, sehingga tak ada kejadian mistis yang dialaminya setelah melakukan autopsi Brigadir J maupun pasien yang lain. (Ant)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News