GenPI.co Bali - Keputusan Sudhi Wadani Sukmawati Soekarnoputri dari Islam ke Hindu di Bali pada Selasa (26/10/21) nanti tak lepas dari prosesi melukat yang berbeda dari lainnya.
Tak ada yang menyangka, di usia 70 tahun anak dari Soekarno ini memilih untuk ikuti langkah garis leluhurnya yang asli Pulau Dewata.
Ya, ia tak lagi muslim yang taat karena ingin mengikuti jejak ibu dari Bung Karno sekaligus sang nenek moyang bernama Ni Nyoman Rai Srimben.
Tentu untuk menjadi seorang pribadi yang baru terlebih pemeluk agama Hindu, perlu berbagai proses sakral untuk membersihkan diri, salah satunya ialah melukat.
Namun, kegiatan pengelukatan dari Sukmawati Soekarnoputri serasa berbeda dan hal tersebut akan dibantu Ida pandita Jaya Diwijananda dari Griya Kasaiwan Satya Mandala, Banjar Tegal, Buleleng, Bali.
"Ada permintaan dari ibu Sukmawati untuk tidak sampai basah kuyup atau tidak sampai seluruh badan," kata Jero Mangku Merajan Pasek Bale Agung, Gde Swardana, Senin (25/10/21).
Jika bicara soal melukat, padanan katanya berasal dari kata Sulukat. Su berarti baik dan lukat bermakna penyucian.
Sejatinya kegiatan melukat ini membersihkan seluruh badan dari segala macam dosa atau masa lampau, intinya sebagai upaya penyeimbangan Bhuana Alit (manusia) dan Bhuana Agung (Semesta).
Secara garis besar karena penyucian ini akan membersihkan segala macam peninggalan di masa lalu, sangat dianjurkan untuk air pengelukatan membasahi seluruh tubuh.
Entah apa alasan Sukmawati Soekarnoputri, mungkin baginya air melukat akan membasahi semua tubuhnya hingga tidak basah kuyup sudah cukup agar Sudhi Wadani dari Islam ke Hindu ini lancar. (bhi/JPNN)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News