Di Bali, BI Sebut Gejolak Ekonomi Efek Perang Rusia-Ukraina

19 Juli 2022 11:00

GenPI.co Bali - Dalam acara penting Gala Seminar G20 2022 di Nusa Dua, Badung, Bali, Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo mengungkapkan gejolak ekonomi yang terjadi imbas perang Rusia Ukraina.

Menurutnya, seluruh bank sentral seantero dunia tengah menghadapi tantangan kelewat berat.

Pasalnya, Perry Warjiyo percaya dunia saat ini sedang menghadapi inflasi yang meningkat.

BACA JUGA:  Ada Koster, Sebegini Hadiah Lomba Layangan Bali Kate Festival

Menurut perwakilan Bank Indonesia tersebut, Lonjakan inflasi kali ini berasal dari sisi suplai lantaran adanya gangguan rantai pasokan global serta dampak perang Rusia-Ukraina.

"Kita sedang menghadapi masalah yang mempengaruhi stabilitas moneter dan keuangan saat ini," ujar Gubernur BI Perry Warjiyo dalam Gala Seminar G20 2022 di Nusa Dua, Badung, Bali, Minggu (17/07/22).

BACA JUGA:  Mulai dari Rp168 Juta, Daftar Harga Rumah Dijual Murah di Bali

Jika peningkatan inflasi berasal dari sisi suplai, beberapa negara, termasuk sejumlah negara berkembang, juga mengalami peningkatan dari sisi permintaan di dalam negeri mereka.

Perry Warjiyo mengatakan permasalahan tersebut harus bisa dipikirkan dengan baik dan hati-hati, apakah perlu diatasi seluruh permasalahannya dengan menaikkan suku bunga acuan atau merespons dari sisi pasokan.

BACA JUGA:  Profil Striker Bali United Spasojevic, Tragedi Tak Henti Prestasi

Dunia saat ini sedang merasakan dampak dari kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve (Fed) dan kenaikan suku bunga bank sentral lainnya.

Perry berpendapat hal tersebut menjadi masalah terutama karena dalam stabilitas keuangan, bank sentral masih menangani efek luka memar alias scarring effects.

Adapun dari luka memar tersebut, beberapa sektor terlihat sudah pulih. Namun, masih ada beberapa perusahaan lain yang masih dalam proses pemulihan.

Oleh karena itu, Perry Warjiyo menilai seluruh permasalahan tersebut sangat menantang dan kompleks untuk bank sentral di seluruh dunia, terutama untuk menyeimbangkan dan mengembalikan stabilitas harga.

Pada saat yang bersamaan, bank sentral juga harus mengatasi volatilitas arus modal dan nilai tukar, tetapi tetap tidak memperburuk perlambatan ekonomi global.

"Ini adalah pekerjaan yang sangat kompleks, episode yang sangat berbeda dari masa lalu yang sebagian besar masalah datang dari permintaan dan semua dari sektor keuangan. Banyak dari mereka datang dari sisi suplai," papar Perry Warjiyo.

Menurut Presiden Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo terjadinya gejolak ekonomi gegara perang Rusia-Ukraina tersebut memang sudah tak terelakan lagi. Mau tak mau bank sentral mesti mencari cara guna menanggulanginya. (Ant)

 

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: I Made Dwi Kardiasa

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co BALI