Demo di Bali, PRP Tolak 3 Provinsi Papua, Sebut Penjajah Berontak

15 Juli 2022 07:00

GenPI.co Bali - Petisi Rakyat Papua (PRP) Bali melakukan demo besar-besaran di wilayah sekitaran Renon menolak adanya tiga provinsi anyar Papua sekaligus menyebut adanya penjajah dan pemberontak, Kamis (14/07/22).

Pengesahan provinsi Indonesia kini berjumlah 37 yang tiga diantaranya berada di Bumi Cendrawasih membuat masyarakat tersebut geram.

Puluhan warga yang tergabung dalam elemen PRP Bali menggelar aksi unjuk rasa di Bundaran Hang Tuah, Renon, Denpasar, Kamis (14/07/22).

BACA JUGA:  Ngeri! Bule Cewek Australia Tanpa Sadar Kena Begal di Bali

Aksi masyarakat Papua ini mendapat atensi aparat kepolisian ormas Patriot Garuda Nusantara (PGN).

Ketua PGN Bali Daniar Tri Sasongko dan koordinator Bali – Nusra Pariyadi alias Gus Yadi memimpin massa PGN berusaha mengadang dan membubarkan paksa belasan massa Petisi Rakyat Papua.

BACA JUGA:  Tabanan Bali Disorot KPK, Ultimatum Bahaya Korupsi Berdampak Ini

Koordinator Aksi PRP Bali Jefry Kosay mengatakan proses pembahasan dan pengesahan tiga provinsi tersebut sama sekali tidak melibatkan masyarakat Papua.

“Proses pembahasan dan pengesahan RUU tentang DOB tersebut tanpa melibatkan rakyat Papua dan dilakukan sepihak oleh pembuat undang-undang,” ujar Jefry Kosay, Kamis (14/07/22).

BACA JUGA:  RUU Pisahkan Bali dengan NTB-NTT, Gubernur Koster Berencana Ini

Menurutnya, langkah yang dibuat oleh pemerintah pusat dan DPR RI itu sebagai langkah untuk memasung hak-hak kemerdekaan bangsa Papua.

Seperti diketahui, tiga provinsi yang dimekarkan tersebut, yakni Provinsi Papua Tengah dengan ibu kota di Nabire dan Provinsi Papua Selatan dengan ibu kota di Merauke.

Provinsi ketiga yang juga ditolak massa PRP, yakni Papua Pegunungan yang ibu kotanya di Jayawijaya.

PRP Bali menuding pembentukan tiga provinsi baru justru akan membuat militerisasi di Papua makin ofensif.

Pasalnya, pemekaran tersebut otomatis akan dibarengi dengan penambahan markas militer TNI/Polri yang menurut mereka makin membuat rakyat Papua sengsara.
“Sebab pemerintah Indonesia masih menggunakan pendekatan militeristik di Papua sampai saat ini," seru Jefry Kosay.

PRP Bali mengeklaim sepanjang tahun 1962-2004, paling sedikit 500 ribu jiwa rakyat Papua tewas dalam 15 kali operasi militer berskala besar.

Pihaknya juga menegaskan akan terus melakukan aksi hingga pemerintah membatalkan pembentukan tiga provinsi tersebut.

“Sepanjang praktik-praktik penjajahan Indonesia masih ada di West Papua, sepanjang itu pula rakyat Papua akan memberontak, berjuang hingga titik darah penghabisan,” ucap Jefry Kosay.

Terlepas dari pernyataan adanya penjajah dan pemberontak, aksi demo PRP Bali di bundara Hang Tuah, Renon, Denpasar berhasil dibubarkan secara damai. (gie/jpnn)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: I Made Dwi Kardiasa

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co BALI