Putin Meradang? Amerika Manfaatkan FMM G20 di Bali Kutuk Rusia

11 Juli 2022 08:00

GenPI.co Bali - Buntut Amerika Serikat melalui Menteri Luar Negeri (Menlu) Antony Blinken mengutuk agresi Rusia dalam suatu gelaran Menlu G20 alias G20 Foreign Ministers’ Meeting (FMM) di Bali, bikin Presiden Vladimir Putin meradang.

Ajakan terhadap masyarakat internasional untuk bersatu padu melawan Negeri Tirai Besi gencar dilakukan oleh Negeri Paman Sam mengingat Ukraina yang jadi korban perang.

Bahkan desakan Amerika Serikat kian kencang setelah Rusia makin gencar membombardir Ukraina dalam 24 jam terakhir kala FMM masih berlangsung di Bali.

BACA JUGA:  Kerap Sial di Level Asia, Teco Janjikan Bali United Ini

Kementerian pertahanan Rusia mengatakan pasukannya menyerang dua pangkalan tentara asing bayaran yang ditempatkan di dekat Kharkiv.

Juru bicara kementerian Igor Konashenkov mengatakan dua pesawat Su-25 Ukraina telah ditembak jatuh di wilayah Mykolaiv selatan.

BACA JUGA:  Wisata Elevated Camping, Intip Penampakan Bobocabin Kintamani

Militer Rusia dilaporkan telah menghancurkan lima gudang amunisi di Mykolaiv selatan, wilayah timur Dnipropetrovsk dan Donetsk.

Pasukan yang didukung Rusia di Republik Rakyat Donetsk (DPR), wilayah Ukraina yang memerdekakan diri, mengatakan tiga orang tewas dan 17 terluka di sana dalam 24 jam terakhir.

BACA JUGA:  Gegara KPK, Busana Khas Bali Ini Kian Mendunia, Kok Bisa?

Selama pembicaraan yang berlangsung lebih dari lima jam dengan Menlu China Wang Yi, Antony Blinken menyuarakan keprihatinannya atas persekutuan Beijing dengan Moskow.

Sesaat sebelum invasi Rusia 24 Februari ke Ukraina, Beijing dan Moskow mengumumkan kemitraan tanpa batas.

Namun, para pejabat AS mengatakan belum melihat China menghindari sanksi keras yang dipimpin AS terhadap Rusia atau memberi peralatan militer ke Rusia.

Dalam pertemuan Menlu G20 di Bali, Menlu Rusia Sergei Lavrov memilih keluar lebih awal dan mencela Barat karena telah melontarkan kritik yang hiruk pikuk.
Setelah pertemuan Menlu G20 di Bali, Jumat (08/07/22), Presiden Rusia Vladimir Putin mengisyaratkan bahwa Kremlin tidak berminat untuk berkompromi.

Putin justru mengatakan sanksi terhadap Rusia berisiko menyebabkan kenaikan harga energi yang menyengsarakan.

Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba mengatakan pada Sabtu bahwa sanksi-sanksi berhasil, dan menggemakan seruan agar Barat lebih banyak mengirimkan senjata presisi tinggi.

"Rakyat Rusia mati-matian berusaha mencabut sanksi yang menyakiti mereka. Oleh karena itu, sanksi harus ditingkatkan sampai Putin membatalkan rencana agresifnya atau kehilangan sumber daya untuk memenuhi rencana itu," kata Kuleba.

Duta Besar Rusia untuk Inggris Andrei Kelin pada Jumat mengatakan kecil kemungkinan pasukannya akan mundur dari sejumlah wilayah Ukraina yang dikuasai Moskow.

Rusia mengatakan bahwa mereka akan merebut wilayah lain di Donbas.

Rusia, yang juga telah merebut sebagian besar wilayah di selatan Ukraina, mengatakan ingin merebut kendali atas Donbas.

Sejak Rusia memulai apa yang disebutnya operasi khusus untuk melucuti militer Ukraina, kota-kota telah dibom menjadi puing-puing, ribuan orang tewas, dan jutaan orang mengungsi.

Ukraina dan para sekutunya di Barat mengatakan Rusia merampas wilayah tanpa alasan.

Terlepas dari upaya Amerika Serikat mengutuk tindakan Presiden Vladimir Putin, gelaran FMM G20 di Bali diharapkan mencari solusi akhir masalah peperangan Rusia kontra Ukraina. (Ant)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: I Made Dwi Kardiasa

BERITA TERKAIT

Copyright © 2025 by GenPI.co BALI