Jelang KTT G20 di Bali, Aliansi Mahasiswa Papua Punya 10 Tuntutan

07 Juli 2022 18:00

GenPI.co Bali - Tak main-main, Aliansi Mahasiswa Papua (AMP) ternyata memiliki 10 tuntutan berbeda mengingat kian dekatnya gelaran Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Bali pada bulan November 2022 nanti.

Hal ini diutarakan sekitar 30 orang lebih kalangan terpelajar tersebut kala melakukan demo di area Bundaran Hang Tuah, Renon, Denpasar, Bali pada Rabu (06/07/22) siang.

Setidaknya 10 tuntutan punn mereka sampaikan terhadap pemerintah Bali agar segera terlaksana. Tuntutan-tuntutan tersebut diantaranya:

BACA JUGA:  BMKG Rilis Prakiraan Cuaca dan Peringatan Dini di Bali Hari Ini

1. Negara harus segera bertanggung jawab atas tragedi Biak Berdarah 1998 yang telah menewaskan ratusan nyawa manusia dan rentetan pelanggaran HAM lainnya di Papua Barat.

2. Buka ruang demokrasi seluas-luasnya dan jamin kebebasan jurnalis dan pers di Papua Barat.

BACA JUGA:  Punya Misi Jelang G20 di Bali, Aliansi Mahasiswa Papua Demo Lagi

3. Tarik militer (TNI-Polri) organik dan nonorganik dari seluruh tanah Papua Barat.

4. Menutup dan menghentikan aktivitas eksploitasi semua perusahaan MNC milik negara-negara imperialis, seperti Freeport, BP, LNG Tangguh, Medco, Corindo, Kelapa Sawit, perusahan semen, dan lain-lain dari seluruh Tanah Papua Barat.

BACA JUGA:  Lokasi Teminal LNG Ditolak Desa Intaran, Respons Ketua DPRD Bali?

5. Cabut Otsus Papua Jilid II.

6. Tolak DOB.

7. Cabut Omnibus Law.

8. Bebaskan Viktor Yeimo, Alpius wonda, dan seluruh tahanan politik Papua tanpa syarat.

9. Mengutuk keras tindakan teror, intimidasi, dan upaya kriminalisasi aktivis AMP di Bali dan seluruh tanah Papua.

10. Berikan hak menentukan nasib sendiri bagi rakyat bangsa Papua Barat sebagai solusi demokratis.

"Demikian pernyataan sikap ini. Kami menyerukan kepada Indonesia agar segera bertanggung jawab," papar AMP Bali, Rabu (06/07/22).

Sekedar informasi, Aliansi Mahasiswa Papua tersebut gencar-gencarnya menyuarakan suaranya memperingati 24 tahun tragedi Biak Berdarah yang meletus pada rentang 2-6 Juli 1998 silam.

Versi AMP Bali, ratusan orang menjadi korban pada tragedi tersebut, puluhan di antaranya meninggal dunia.

Peristiwa itu terjadi menyusul sikap represif aparat militer Indonesia atas pengibaran bendera Bintang Kejora di Biak, Papua Barat.

"Maka untuk menolak lupa 24 tahun tragedi Biak Berdarah, negara harus segera bertanggung jawab atas kejahatan kemanusian di Biak West Papua," kata AMP Bali dalam pernyataan sikapnya.

Berdasarkan tragedi tersebut, Aliansi Mahasiswa Papua (AMP) pun berharap adanya keadilan di Indonesia lewat penyampaian 10 tuntutan. Harapannya, hal ini terdengar jelang bergulirnya KTT G20 di Bali. (gie/jpnn)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: I Made Dwi Kardiasa

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co BALI