Merinding! Ini Aksi Penolakan Warga Intaran terhadap Terminal LNG

01 Juli 2022 11:00

GenPI.co Bali - Baru-baru ini, aksi yang bikin merinding dilakukan oleh seluruh warga Desa Adat Intaran, Sanur, Denpasar, Bali buntut lokasi pembangunan terminal liquefied natural gas (LNG) di dekat kawasan mereka.

Sejak kabarnya akan ada pembangunan terminal gas alam cair di kawasan hutan bakau atau Mangrove Tahura, Ngurah Rai, kalangan masyarat tersebut langsung tunjukkan penolakan.

Yang bikin merinding, upaya mereka untuk menolak pembangunan bukan hanya lewat cara demo ke DPRD saja melainkan juga melaksanakan persembahyangan bersama.

BACA JUGA:  Hasil Piala AFC Kaya FC vs Bali United: Menang Tipis!

Ya, kalangan warga Desa Adat Intaran memohon doa bertajuk Segara Kertih di Pantai Mertasari, Sanur, Denpasar, Bali, Selasa (28/06/22) lalu.

Upacara sembahyang warga Desa Adat Intaran dilaksanakan bertepatan dengan hari Tilem Sasih Sadha Anggara Kasih umat Hindu.

BACA JUGA:  Masyarakat Resah! Ini Aksi 2 Tersangka Korupsi Bank BUMN Denpasar

Upacara yang berlangsung selama satu jam lebih tersebut juga diikuti oleh beberapa pejabat DPRD Provinsi Bali.

“Kegiatan ini bertujuan untuk memohon kepada Ida Bathara untuk diberi jalan, diberi pikiran yang jernih kepada pemimpin-pemimpin untuk melihat akibat dari pembangunan LNG ini,” kata I Gusti Agung Alit Kencana, Selasa (28/06/22).

BACA JUGA:  Harga Cabai Pasar Bali Tembus Rp100 Ribu, Petani Malah Menjerit

Bendesa Adat Alit Kencana menyatakan ada ketakutan dari warga pesisir pantai terhadap kerusakan terumbu karang yang telah melindungi ekosistem pesisir pantai dari bahaya tsunami.

Bendesa Adat Alit Kencana mengatakan warga belum mendapatkan alasan yang cukup untuk menyetujui pembangunan terminal LNG yang nanti akan dibangun di kawasan Mangrove Tahura Ngurah Rai, Denpasar.

Bendesa Alit Kencana lantas mengomentari pandangan beberapa fraksi yang menyetujui proyek LNG pada sidang paripurna DPRD Bali pada Senin lalu (28/6) dengan catatan.

Menurut Bendesa Alit Kencana, dirinya kurang percaya terhadap upaya perbaikan yang direncanakan pemerintah.

“Ini kan seperti biasa. Apa yang sudah pernah terjadi terhadap pembangunan tol di pelabuhan Benoa. Sampai hari ini, kami tidak melihat adanya penanaman bakau, tidak sesuai dengan apa yang mereka bicarakan,” kritik Bendesa Alit Kencana.

Terkait upaya mediasi antara pihak pemerintah dan warga Desa Adat Intaran, Bendesa Alit Kencana mengatakan dari pihak warga ingin agar pemerintah melihat secara langsung kehidupan warga pesisir Sanur.

Warga Desa Adat Intaran berharap pemerintah berpikir lebih jauh terkait dampak yang akan ditimbulkan dari pembangunan LNG tersebut dari sisi masyarakat yang tinggal di sekitar pesisir pantai.

Direktur Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Bali Made Krisna Bukis mengatakan rencana pemerintah untuk menanam mangrove di kawasan pesisir tidak dapat diterima oleh masyarakat.

Menurut Krisna Bukis, ada dua pembangunan yang telah dilakukan oleh pemerintah yang merusak mangrove, tetapi sampai saat ini pemerintah belum mengadakan upaya pemulihan.

“Belum ada upaya untuk pemulihan. Belum lagi, mangrove 17 hektare mati akibat reklamasi Pelindo dan tidak ada upaya yang tegas dari pemerintah provinsi Bali untuk mengembalikan lingkungan yang telah dirusak akibat pembangunan,” kata Krisna Bukis.

Aksi persembahyangan yang bikin merinding itu pun cukup masuk akal, warga Desa Intaran berharap agar pembangunan terminal LNG tak benar-benar terealisasi. Pasalnya, ini bisa mengakibatkan Bali rentan abrasi. (Ant)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: I Made Dwi Kardiasa

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co BALI