GenPI.co Bali - Bak sudah jatuh tertimpa tangga, kurangnya inovasi kerajinan batok kelapa di Bali juga turut ditimpali fakta minimnya regenerasi perajin hingga masuk tahap mengkhawatirkan baru-baru ini.
Perajin bahan dasar kelapa atau beruk ini perlu mengupayakan gagasan baru guna buat produknya dikenal kalangan luas.
Pasalnya, masih banyak perajin batok kelapa lebih banyak yang menekankan ornamen dan orientasinya lebih untuk kebutuhan sarana upacara.
Kreativitas, keterampilan, serta tampilan sangat penting, termasuk pengerjaan akhirnya.
“Kadang ada yang bentuknya sudah bagus, tetapi pengerjaan akhirnya kurang. Bisa mempengaruhi penampilan beruk itu sendiri," ujar Pengamat seni dari Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar I Wayan Suardana, Kamis (16/06/22).
Minimnya kreativitas dan inovasi itu terlihat saat berlangsung lomba kerajinan batok kelapa atau beruk yang berlangsung di Kalangan Ayodya, Taman Budaya Provinsi Bali, serangkaian Pesta Kesenian Bali ke-44.
Ada sembilan peserta dari berbagai kabupaten di Provinsi Bali mengikuti adu keterampilan ini.
Menurut Suardana, sebagian besar peserta sudah terbiasa mengerjakan kerajinan beruk, sehingga bisa dikatakan sebagian peserta yang ikut adalah perajin beruk.
Akan tetapi dari sembilan peserta yang berlomba, menurutnya, masih belum muncul ide dan gagasan baru.
Para peserta membuat beruk sesuai dengan apa yang dikerjakannya sehari-hari. Pihaknya berharap nanti bisa muncul fungsi-fungsi lain, seperti beruk sebagai kap lampu, ikat pinggang, dan lain-lain.
Menurutnya, saat ini memang animo masyarakat terhadap penggunaan beruk masih dominan untuk kegiatan keagamaan.
Namun, sejatinya karya beruk ini tak hanya sebatas itu fungsinya. Jika mau menggali lebih jauh, kerajinan beruk bisa saja bernilai ekonomi lebih tinggi, bisa diekspor ke luar negeri.
Suardana turut menimpali bahwa penting pula adanya regenerasi perajin agar inovasi dalam kerajinan batok kelapa atau beruk khusus dari Bali bisa lestari. (Ant)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News