GenPI.co Bali - Dwikorita Karnawati selaku Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebut dunia wajib mengetahui bahwasannya Tanjung Benoa, Bali layak jadi contoh ideal tangani bencana tsunami baru-baru ini.
Hal ini disampaikannya saat bersidang di Kantor Pusat UNESCO di Paris kala mendorong negara-negara di dunia untuk mempercepat terbentuknya Tsunami Ready Community.
Menurutnya, keterlibatan aktif seluruh elemen masyarakat, bukan cuma pemerintah dan pihak swasta saja patut diberlakukan guna mempercepat adanya komunitas tanggap bencana alam tersebut.
Dwikorita Karnawati lantas mencontohkan keberadaan Tsunami Ready Community di Tanjung Benoa, Badung, Bali.
Menurutnya, Tanjung Benoa menjadi komunitas pertama di dunia yang mendapat pengakuan internasional dari UNESCO Intergovernmental Oceanographic Commission (UNESCO-IOC).
Predikat Tsunami Ready Community akan tercapai apabila semua pihak terlibat dengan berkolaborasi dan bersinergi, sehingga 12 indikator yang ditetapkan dapat dipenuhi dengan baik.
Ke-12 indikator itu antara lain telah dipetakan dan didesain zona bahaya tsunami, jumlah orang berisiko di dalam zona bahaya tsunami dapat terestimasi, sumber-sumber ekonomi.
Selain itu hal ini juga menyangkut infrastruktur, dan politik teridentifikasi, serta adanya peta evakuasi tsunami yang mudah dipahami.
Tak cuma itu, informasi tsunami termasuk rambu-rambu ditampilkan di publik.
Sosialisasi atau kegiatan edukasi minimal diselenggarakan tiga kali dalam satu tahun, pelatihan bagi dan oleh komunitas tsunami diadakan minimal dua tahun sekali.
"Disetujuinya rencana respons darurat komunitas tsunami serta tersedianya kapasitas untuk pengelolaan operasional respons darurat saat tsunami terjadi," beber Dwikorita Karnawati.
Indikator lainnya, yakni tersedianya sarana yang memadai dan andal untuk menerima peringatan dini tsunami dari otoritas yang berwenang (BPBD) selama 24 jam secara tepat waktu.
Selain itu juga tersedianya sarana yang memadai dan andal untuk menyebarkan peringatan tsunami resmi 24 jam kepada publik setempat secara tepat waktu.
Dwikorita mengatakan Tsunami Ready dapat diimplementasikan di berbagai sektor tidak hanya sektor pariwisata saja.
Di Indonesia, BMKG bersama pengelola bandara (PT. Angkasa Pura) telah menerapkan program Tsunami Ready tersebut untuk infrastruktur kritis di Yogyakarta International Airport (YIA) Kulon Progo dan Bandara Ngurah Rai Bali.
Melalui keputusan BMKG di kantor UNESCO, sudah sepantasnya kalangan masyarakat dunia mengerti terkait amannya Tanjung Benoa dalam hal tanggap bencana tsunami di Bali. (Ant)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News