Bahaya! 2 Subvarian Covid-19 Omicron di Bali Picu Gelombang Baru

16 Juni 2022 02:00

GenPI.co Bali - Sinyal bahaya nampaknya menyertai Indonesia setelah Kementerian Kesehatan (Kemenkes) memperkirakan dua subvarian Omicron yang ditemukan di Bali bisa picu gelombang baru pandemi Covid-19 di masa depan.

Setelah sempat tenang karena pandemi berpotensi jadi endemi, kabar mengejutkan kini datang dari Pulau Dewata setelah adanya temuan jenis baru Corona.

Nah, parahnya lagi subvarian Omicron yakni BA.4 dan BA.5 ini bisa dengan mudahnya picu gelombang kasus baru karena punya kemampuan menginfeksi secara cepat.

BACA JUGA:  Bali Bangga! Gitaris 'Tangan Ajaib' Balawan Ada di RWMF Malaysia

Kalau tidak ada upaya yang memadai, misalnya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) dicabut, vaksinasi buruk, perilaku masyarakat memakai masker juga buruk, gelombang lanjutan bisa saja terjadi.

“Dalam dua pekan bisa dominan dan bisa menyebabkan gelombang baru," kata Epidemiolog dari Griffith University Dicky Budiman, Senin (13/06/22).

BACA JUGA:  Pengusaha Denpasar Bali Hajar Pacar Imbas Arak, Ujung Nasib Apes

Dicky Budiman mengatakan BA.4 dan BA.5 merupakan turunan dari Varian of Concern (VoC) Omicron yang kini sudah menyebar di 40 lebih negara di dunia.

Sebagaimana turunan VoC lain seperti mutasi L.452 Delta, mutasi itu membuat BA.4 dan BA.5 mudah sekali menginfeksi manusia.

BACA JUGA:  Bule Australia Pemanjat Pohon Sakral, Ini Sanksi Imigrasi Bali

Masalahnya, subvarian ini tidak hanya menjangkiti yang belum divaksin,tetapi juga mereka yang telah menerima dosis lengkap, bahkan yang sudah pernah terinfeksi BA.1, BA.2, dan BA.

Menurut Dicky Budiman, kemampuan reinfeksi itu disebabkan oleh turunan dari mutasi Delta L.452 yang dengan mudah mengikat reseptor angiotensin converting enzyme (Ace 2) yang ada di banyak sel tubuh organ manusia, khususnya sel paru-paru.

"Dengan adanya kemampuan BA.4 dan BA.5 bisa menyiasati deteksi dari antibodi, baik dari terinfeksi maupun antibodi dari vaksinasi, maka pertumbuhan perkembangan kasusnya di kisaran 12 sampai 13 persen," ujar Dicky Budiman.

Dicky Budiman menegaskan proyeksi pertumbuhan kasus itu berpotensi memicu gelombang dalam hitungan pekan atau bulan, meskipun tidak ada peningkatan keparahan terhadap pasien yang tertular.

Direktur Pasca-Sarjana Universitas YARSI Prof Tjandra Yoga Aditama mendorong otoritas terkait segera melakukan pemeriksaan Whole Genome Sequencing (WGS) menyusul ditemukannya delapan kasus BA.4 dan BA.5 di Bali dan Jakarta.

"Sehubungan peningkatan kasus dalam beberapa hari terakhir ini, maka disebut-sebut tentang kemungkinan peran subvarian Omicron BA.4 dan BA.5," ucap Prof Tjandra Yoga Aditama.

Secara umum di dunia, kata Tjandra, subvarian BA.2 tetap dominan walaupun terjadi penurunan dari 44 persen menjadi 19 persen berdasarkan laporan mingguan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Yang saat ini meningkat adalah subvarian BA.2.12.1, BA.5, dan BA.4.

Dari ketiga ini, data terakhir menunjukkan subvarian BA.2.12.1 paling banyak ditemui, sudah terdeteksi di 53 negara dan diduga jadi penyebab penting kenaikan kasus.

“Artinya perlu pula dicek mendalam ada tidaknya di Indonesia," paparnya.

Sinyal bahaya dari Kemenkes RI pun diharapkan bakal berikan kesadaraan bagi masyarakat khusus di Bali agar lebih siap menghadapi penyebaran dua subvarian virus Covid-19 Omicron, BA.4 dan BA.5. (Ant)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: I Made Dwi Kardiasa

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co BALI