Efek 2 Jenis Baru Covid-19 Omicron di Bali, Kata Pakar Kesehatan?

14 Juni 2022 15:00

GenPI.co Bali - Adanya kans penyebaran dua jenis baru Covid-19 Omicron yakni BA.4 dan BA.5 di Bali membuat pakar kesehatan Prof Tjandra Yoga Aditama memberikan saran penting baru-baru ini.

Menurut Prof Tjandra, peningkatan kasus Corona di Indonesia mesti disikapi serius, khususnya Pulau Dewata yang tengah berjuang bangkit di sektor pariwisatanya.

Direktur Pasca-Sarjana Universitas YARSI ini menyarankan perlu ada penyelidikan epidemiologi untuk mengetahui pangkal masalahnya.

BACA JUGA:  Penonton PKB di Bali Mohon Patuh, Ada Aturan Masuk Area Pentas

Apalagi setelah Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menemukan subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 di Provinsi Bali akhir Mei 2022.

“Covid-19 masih pandemi. Jadi, setiap kebijakan harus diputuskan dengan amat hati-hati dengan melihat kenyataan yang ada,” ujar Prof Tjandra Yoga Aditama, Jumat (10/06/22).

BACA JUGA:  Pantai Pandawa Bali Banjir Wisatawan! Banyak Turis Domestik

Prof Tjandra Yoga Aditama menyatakan bahwa kenaikan kasus saat ini masih berada di bawah indikator WHO, sehingga situasi masih belum membahayakan. Baca Juga:

Namun, dalam ilmu kesehatan masyarakat yang perlu dilihat bukan hanya angka mutlak sesaat, tetapi juga mempertimbangkan tren laju kasus.

BACA JUGA:  Wakil Filipina Jadi Miss Global, Pariwisata Bali Ketiban Untung

"Sudah jelas sekarang kita berhadapan dengan tren yang meningkat. Sudah sampai dua kali lipat," kata Prof Tjandra Yoga Aditama.

Pakar kesehatan mendorong seluruh otoritas terkait untuk mewaspadai situasi serta melakukan tindakan yang jelas.

"Segera melakukan analisa, kenapa ada kenaikan sampai dua kali lipat ini, apakah karena BA.4 dan BA.5 atau varian maupun sub-varian lain.

Atau masih merupakan dampak libur Lebaran yang sudah hampir dua bulan berlalu, atau ada sebab lain," bebernya.

Prof Tjandra Yoga Aditama juga mendorong dilakukan pemeriksaan Whole Genome Sequencing (WGS) untuk mengetahui tentang ada tidaknya varian atau subvarian baru.

"Pemeriksaan WGS harus ditambah jumlahnya, bukan hanya untuk tamu acara internasional di Bali dan lainnya," papar pakar kesehatan itu.

Menurutnya, prinsip dasar survailens berupa penyelidikan epidemiologi (PE) dan penelusuran kasus harus tetap diterapkan dengan ketat.

"Misalnya, jumlah kasus baru kemarin sekitar 600 orang, dan sebaiknya semuanya dilakukan PE, toh jumlahnya belum terlalu banyak," kata Prof Tjandra Yoga Aditama.

Jika sudah ditemukan penjelasan penyebab kasus naik berdasarkan data ilmiahnya yang rinci, kata Tjandra, maka segera diinformasikan ke publik agar masyarakat dapat mengambil sikap secara proporsional.

Kepada masyarakat, Tjandra mengimbau agar tetap menjaga protokol kesehatan sesuai aturan yang berlaku dan jangan abai.

"Kalau ada keluhan, atau ada kemungkinan kontak, maka segera memeriksakan diri dan melakukan tes," ucapnya.

Seandainya jika dinyatakan tertular, maka segera mengakses penanganan medis yang tepat, diisolasi agar tidak menulari keluarga dan kerabat, lansia dan mereka dengan komorbid.

Untuk yang belum divaksin dan booster, Tjandra meminta agar hal itu disegerakan, khususnya mereka dengan risiko tinggi.

"Tren kenaikan kasus ini jelas tidak bisa dipandang sebagai biasa-biasa saja, tetapi juga jangan disikapi dengan kepanikan tanpa dasar yang jelas," imbuhnya lagi.

Terlepas dari fakta sulit terdeteksi virus Covid-19 Omicron jenis BA.4 dan BA.5, pakar kesehatan Prof Tjandra menyarankan juga agar masyarakat termasuk di Bali tak panik akan ancaman penyakit tersebut. (Ant)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: I Made Dwi Kardiasa

BERITA TERKAIT

Copyright © 2025 by GenPI.co BALI