GenPI.co Bali - Ancaman walk out para pemimpin dunia negara-negara lain di Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 Bali ditanggapi dengan respons tak terduga pihak negara Rusia baru-baru ini.
Sebagaimana diketahui, banyak delegasi negara, terutama dari kubu barat yang melakukan boikot acara konferensi internasional apabila Presiden Vladimir Putin turut datang.
Nah, Duta Besar Rusia untuk Indonesia Lyudmila Vorobieva justru menyindir apa tujuan dan manfaat sebenarnya dari aksi walk out pemimpin negara tersebut untuk kemaslahatan global.
"Apakah aksi walk out itu untuk mengganggu diskusi? Apakah hal itu akan membawa kebaikan? Saya pikir aksi itu tidak akan mengganggu diskusi,” ujar Dubes Rusia Lyudmila Vorobieva, Rabu (08/06/22).
Menurut Dubes Lyudmila Vorobieva, aksi semacam itu justru tidak menghormati mereka yang hadir di forum internasional tersebut.
Dia mencontohkan aksi walk out yang pernah terjadi dalam pertemuan menteri keuangan G20 di Amerika Serikat beberapa waktu lalu.
Aksi itu, kata dia, tidak mengganggu jalannya pertemuan seperti yang sudah disampaikan Menteri Keuangan RI Sri Mulyani.
“Aksi itu tidak akan membantu menyelesaikan masalah apa pun,” kritik Dubes Rusia Lyudmila Vorobieva.
Terkait rencana Perdana Menteri Australia Anthony Albanese yang akan menghadiri KTT G20, dia mengatakan kehadiran para pemimpin negara G20 merupakan hak mereka.
Dubes Lyudmila Vorobieva mengatakan setiap pemimpin negara G20 mempunyai hak untuk hadir dalam forum tersebut.
Rencana kehadiran PM Anthony Albanese menunjukkan perubahan posisi Australia.
Perdana menteri sebelumnya, Scott Morrison, berencana tidak hadir jika Presiden Putin turut diundang dalam KTT G20 itu, yang akan berlangsung pada November di Bali.
Terlepas dari respons tersebut, Presiden Rusia Vladimir Putin urung tentu bisa datang dalam gelaran KTT G20 di Bali. Gara-gara suatu alasan kompleks bisa jadi ia akan absen nantinya. (Ant)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News