GenPI.co Bali - Saat umat Hindu di Bali secara khusyuk jalankan ibadah hari raya Galungan, Rabu (08/06/22) lalu, bencana sampah pun langsung datang tak lama setelahnya.
Sebagaimana diketahi, hari raya yang bermakna kemenangan dharma (kebaikan) melawan adharma (kejahatan) membuat kalangan masyarakat melakukan banyak aktifitas keagamaan.
Diantaranya tentu saja mendekorasi rumah, pura, dan sepanjang jalan desa dengan banyak pernak-pernik pendukung.
Salah satu yang paling ikonik ialah pemasangan penjor yakni tiang bambu yang dipasangi berbagai ornamen pendukung dengan simbol kemakmuran.
Hanya saja, meskipun kesannya begitu apik, dibalik kemeriahan Galungan terdapat sisi gelap yakni 'banjir' sampah di beberapa tempat pasca hari raya tersebut.
Mengutip laman The Bali Sun, Amlapura, Kabupaten Karangasem, Bali timur sebagai contohnya. Gundukan sampah hingga meluber ke sisi jalan mendominasi beberapa area.
Made Suparwata seorang warga Desa Padang Kerta, Amlapura mengatakan sampah memang sering bertambah saat hari raya, namun tahun ini penambahannya cukup signifikan.
Banyak sampah organik yang berasal dari makanan bekas sesajen hari raya. Selain itu, untuk bahan in organik pun meningkat tajam bekas pernak-pernik yang dipasang di rumah, sanggah maupun pura.
"Sesungguhnya volume sampah hari biasa bisa sekitar 40-50 ton sehari. Tapi, memasuki hari raya jumlahnya bisa jadi 100 ton sehari, petugas sampai kewalahan," kata Petugas Dinas Lingkungan Hidup Karangasem, Nyoman Tari, Rabu (08/06/22).
Meskipun terkesan mengkhawatirkan, petugas dinas terkait menjanjikan segala macam bencana sampah menyambut hari raya suci Galungan di Karangasem, Bali bisa ditanggulangi dengan baik. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News