Miris Apotek Narkoba Singaraja, Pasien Miskin Bayar Pakai Ini

02 Juni 2022 21:00

GenPI.co Bali - Baru-baru ini, terbongkarnya kasus praktik 'apotek' penyedia narkoba jenis sabu-sabu di Singaraja, Bali mengungkapkan fakta miris kala pasien miskin yang ingin sakau meski membayar dengan sesuatu tak terduga.

Sebagaimana diketahui, Badan Narkotika Nasional (BNN) Provinsi Pulau Dewata telah berhasil mengungkap kasus peredaran barang haram yang dilakoni kalangan penjahat kelas kakap.

Nah, dalam pengungkapan tindak kejahatan di wilayah Buleleng tersebut, muncul fakta yang begitu miris terkait para pasien sekaligus pelanggan dari apotek pengedar narkoba itu.

BACA JUGA:  Konyol! Flexing di Bali, Model Pengedar Narkoba Inggris Diringkus

"Segala cara akan mereka lakukan demi mendapatkannya," ujar Kepala Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Bali Brigjen Pol Gde Sugianyar Dwi Putra, Rabu (01/06/22).

Kepada JPNN.com, Rabu (01/06/22), Brigjen Gde Sugianyar membeber fakta miris saat petugasnya menggerebek apotek sabu-sabu di Buleleng itu pada Sabtu (28/05/22) malam.

BACA JUGA:  BNN Bali Bongkar Sekeluarga Singaraja Kompak Edarkan Narkoba

Dijelaskan, dari tangan tersangka utama berinisial ARH alias Tom (54), petugas mendapati belasan ponsel beragam merek.

Kepada petugas yang menginterogasinya, Tom tak menampik bahwa ponsel-ponsel tersebut merupakan milik sejumlah pasien miskin yang sakau.

BACA JUGA:  Misteri Warga Sumba Tewas di Denpasar Bali, Polisi Buru 4 Pelaku

"Mereka yang enggak punya uang datang ke sini beli sabu-sabu dengan menggadai ponselnya," ucap Brigjen Gde Sugianyar, menirukan pengakuan Tom.

Dari sekian ponsel tersebut, jelasnya, sebagian berstatus digadai dan sebagian lagi memang sudah pindah hak milik di tangannya lantaran dijadikan alat tukar bayar sabu-sabu.

"Jadi, ada yang membayar sabu-sabu yang mereka beli dan pakai dengan ponselnya. Ada juga yang semacam gadai, akan ditebus di lain hari," beber Brigjen Gde Sugianyar.

Di mata mantan Kabid Humas Polda Bali ini, fakta tersebut tak lagi mengherankan dalam dunia transaksi narkoba.

"Dalam kasus lain bahkan ada yang menjadikan tabung gas elpiji di rumahnya sebagai barang layak jual demi ditukar dengan sabu-sabu," ulas Jenderal Polisi asal Kabupaten Gianyar, Bali ini.

Untuk barang yang digadai demi narkoba, imbuhnya, jarang sekali tertebus lantaran para pengguna memilih untuk membeli narkoba lagi saat memiliki uang ketimbang menebus gadaian.

"Saat pasien atau korban sedang sakau, akal sehat mereka hilang demi mendapatkan barang itu. Begitulah efek candu narkoba," lirihnya.

Terbongkarnya apotek sabu-sabu di Jalan Gajah Mada, Banjar Penataran, Desa Kendran, Kecamatan/Kabupaten Buleleng ini jadi bukti peredaran narkoba yang sudah masuk ke pedesaan.

Di rumah yang dikepalai Tom ini, hampir separo anggota keluarga turut terlibat dalam penyediaan layanan apotek sabu-sabu.

Mulai dari anak kandung, keponakan, bahkan hingga istri pelaku yang juga berstatus saksi, turut terlibat kasus menghebohkan ini.

Berdasarkan catatan di HP milik tersangka, ada 100 orang lebih pasien atau pelanggan pencari sakau yang dilayani apotek narkoba jenis sabu-sabu di Singaraja, Bali. Adapun bisnis haram ini terjadi sejak 2019. (gie/jpnn)

 

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: I Made Dwi Kardiasa

BERITA TERKAIT

Copyright © 2025 by GenPI.co BALI