Presiden Jokowi Buka GPDRR di Bali dengan Bunyikan Kulkul, Makna?

27 Mei 2022 04:00

GenPI.co Bali - Makna tak terduga menyertai aksi bunyi kulkul yang dilakukan oleh Presiden Indonesia Joko Widodo (Jokowi) kala buka Global Platform for Disaster Risk Reduction (GPDRR) 2022 di BNDCC, Nusa Dua, Bali.

Pada acara yang resmi dibuka, Rabu (25/05/22), orang nomor satu di Indonesia beserta menteri, kepala badan serta sejumlah perwakilan Perserikatan Bangsa-Bangsa membunyikan kentongan asli Pulau Dewata.

Presiden Jokowi membunyikan kulkul bersama dengan Wakil Sekretaris Jenderal PBB Amina J. Mohammed, Presiden Majelis Umum PBB Abdulla Shahid dan Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy.

BACA JUGA:  Residivis Jambret Beraksi di Badung Bali, Modusnya Bikin Dengki

Ikut mendampingi Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto, Utusan Khusus Sekretaris Jenderal PBB untuk Isu Pengurangan Risiko Bencana Mami Mizutori, serta Kepala Perwakilan PBB untuk Indonesia Valerie Julliand.

Kulkul adalah alat komunikasi tradisional dari bambu yang masih digunakan oleh masyarakat adat di Bali untuk berkomunikasi dan memberikan peringatan bencana kepada warga setempat.

BACA JUGA:  Kesehatan: Imbas Masalah Kesuburan, Pria Kena Kanker Payudara

Pesan yang ingin disampaikan pemerintah Indonesia, pemukulan kulkul bukan hanya menjadi penanda dibukanya ajang GPDRR, tetapi juga kesempatan untuk memperkenalkan kearifan lokal masyarakat Bali dalam penanggulangan bencana.

"Terlepas dari adanya teknologi telepon dan radio, kulkul masih jadi alat komunikasi yang efektif bagi masyarakat Bali sampai hari ini," kata pembawa acara kepada pimpinan delegasi asing, Rabu (25/05/22).

BACA JUGA:  Pedagang Pasar Kreneng Bali Ketiban Rezeki, Jokowi Bagikan Ini

Kulkul telah diperkenalkan Gubernur Bali I Wayan Koster kepada para delegasi asing di acara pra-GPDRR di Bali International Convention Center (BICC) Nusa Dua, Badung, Senin (23/05/22).

"Kami di Bali memiliki kearifan lokal dalam penanganan bencana. Kami memiliki tradisi yang kuat. Kalau terjadi bencana, secara tradisional, kami di desa-desa adat membunyikan kulkul atau sirine tradisional di Bali," kata Koster.

Koster menyampaikan pihaknya masih melestarikan kulkul dan kearifan lokal Bali lain untuk kesiapsiagaan bencana.

"Bali membentuk Satgas Gotong Royong di desa adat dalam rangka penanganan Covid-19. Ketika Covid-19 pertama muncul di Bali pada 10 Maret (2020), yang kami gunakan secara maksimal Satgas Gotong Royong di desa-desa adat," papar Koster.

Melalui makna yang dijbarkan Guberur I Wayan Koster, tentu saja ini berarti aksi membunyikan kulkul oleh Presiden Jokowi di GPDRR sekaligus cara apik melestarikan budaya Bali. (Ant)

 

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: I Made Dwi Kardiasa

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co BALI