Sarat Kearifan Lokal, Begini Cara Bali Siap Siaga Bencana

25 Mei 2022 13:00

GenPI.co Bali - Memiliki kekayaan budaya melimpah, Bali ternyata punya cara tersendiri tunjukkan kesiapsiagaan menghadapi bencana sarat akan kearifan lokal baru-baru ini.

Pemanfaatan tradisi dan ciri khas provinsi tersebut dilontarkan oleh Gubernur I Wayan Koster kala melakoni peran sebagai pembicara Local Leaders Forum.

Pada gelaran salah satu kegiatan pra-GPDRR di BICC Nusa Dua, Badung, Senin (23/05/22), Koster menyampaikan pihaknya memanfaatkan kulkul sebagai alat peringatan dini.

BACA JUGA:  Malang! 3 Bule Melapor ke Polisi Imbas Ditipu Visa Izin di Bali

Alat tradisional itu bakal digunakan sebagai sarana peringatan dini terhadap berbagai jenis bencana yang mungkin terjadi di sekitar tempat tinggal masyarakat di Bali.

Koster saat berbicara di puluhan delegasi pemerintah dan lembaga asing menyebutkan kulkul merupakan alat komunikasi tradisional yang saat ini masih digunakan oleh masyarakat di desa-desa adat di Bali.

BACA JUGA:  Rawat Luka Batin Punya Sisi Gelap, Dokter Sarankan Ini

"Kami di Bali memiliki kearifan lokal dalam penanganan bencana. Kami memiliki tradisi yang kuat. Kalau terjadi bencana, secara tradisional, kami di desa-desa adat membunyikan kulkul atau sirine tradisional di Bali," kata Koster, Senin (23/05/22).

Tidak hanya kulkul, ia menambahkan, pemerintah provinsi juga memanfaatkan kekuatan masyarakat di desa-desa adat saat penanggulangan bencana khususnya selama masa pandemi COVID-19.

BACA JUGA:  Singgung Pengalaman di Bali, Miyabi Merasa Tak Terkenal

"Bali juga membentuk Satgas Gotong Royong di desa adat dalam rangka penanganan COVID-19. Ketika COVID-19 pertama muncul di Bali pada 10 Maret 2020, yang kami gunakan secara maksimal Satgas Gotong Royong di desa-desa adat," kata dia.

Kebijakan lain yang diterapkan Pemerintah Provinsi Bali dalam memperkuat kesiapsiagaan masyarakat dalam mengurangi dampak bencana antara lain memasang alat peringatan dini tsunami di lokasi yang rawan.

Membuat jalur evakuasi dan memasang rambu-rambu pendukungnya, melaksanakan latihan dan simulasi evakuasi bencana secara rutin tiap tanggal 26, membina dan meningkatkan kapasitas relawan bencana, membentuk tim reaksi cepat.

Mengalokasikan APBD untuk bantuan sosial korban bencana, dan mewajibkan pelaku usaha memiliki sertifikasi siap siaga bencana.

"Kami harus memberi rasa aman dan nyaman kepada wisatawan, karena itu kami menerapkan kebijakan sertifikasi di hotel, restoran, rumah sakit, museum. Ada 64 usaha sudah bersertifikat (siaga bencana)," kata Koster.

Tidak cukup pada sertifikasi, Pemerintah Provinsi juga meminta pelaku usaha wisata, terutama pemilik hotel dan resort untuk memastikan struktur bangunan milik mereka aman terhadap potensi bencana dan memiliki sarana kebencanaan yang memadai.

"Pemilik hotel dan tempat wisata lainnya, juga harus memiliki manajemen risiko bencana, mengedukasi potensi bencana ke pegawai dan pengunjung, dan melakukan simulasi secara rutin," kata Gubernur Bali.

Koster percaya, penggunaan kulkul sebagai sarana masyarakat siap hadapi bencana dengan sarat kearifan lokal menambah nilai unik bagi Bali untuk bisa melestarikan budayanya. (Ant)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: I Made Dwi Kardiasa

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co BALI