GenPI.co Bali - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) nampaknya menyindir soal kesaktian pawang hujan dari Bali bernama Rara Isti Wulandari yang viral usai gelaran MotoGP Mandalika 2022 beberapa waktu lalu.
Ajang balap motor tersebut terbilang ramai dibicarakan. Bukan soal Miguel Oliveira yang juara atau Marc Marquez yang cedera, melainkan sosok orang lain yakni Mbak Rara.
Ya, wanita kelahiran Papua, berdarah Jawa dan tinggal di Bali ini malah sukses mencuri panggung hingga popularitasnya terdengar di Eropa via media Speedweek.
Mengapa? Sederhana, ia dianggap 'orang sakti' karena bisa memindahkan hujan deras disertai petir yang begitu membahayakan selama gelaran MotoGP Mandalika pada Minggu (20/03/22) ke wilayah lain.
Nah, kesaktian dari pawang hujan bernama Rara Isti Wulandari ini pun langsung disinggung oleh BMKG yang berkata cuaca buruk saat balapan itu memang hilang secara alami.
"BMKG sudah mendeteksi sinyal yang cukup kuat atau potensi hujan di tanggal 20 itu sejak beberapa hari sebelumnya," kata Prakirawan Cuaca BMKG Nanda Alfuadi, Selasa (22/03/22).
Berdasarkan analisis BMKG, hujan yang mengguyur kawasan sirkuit tersebut antara lain disebabkan kondisi Nusa Tenggara Barat (NTB) saat itu berada pada periode transisi dari musim hujan ke musim kemarau.
Ketika dalam masa transisi tersebut kemungkinan besar terjadi hujan dengan sifat lokal dan intensitas tinggi disertai kilat atau petir yang kerap terjadi pada siang atau sore hari.
"Kita lihat saat kegiatan kemarin awan hujan mulai terbentuk pada sekitar pukul 12.00 siang kemudian awan semakin tumbuh membesar akhirnya turun hujan.
Awan ini jenis cumulonimbus yang dapat menghasilkan petir dan angin kencang. Awan tersebut muncul sore hari pukul 15.00 mulai meluruh kemudian pukul 16.00 hujan mulai mereda tinggal hujan ringan atau gerimis," ujar Nanda Alfuadi.
Terkait peran pawang hujan Rara Isti Wulandari alias Mbak Rara yang beraksi di bawah guyuran hujan di Sirkuit Mandalika, pihak BMKG tidak bisa berkomentar lebih jauh karena dari segi keilmuan sangat berbeda.
"Kami menggunakan teknologi, data-data ilmiah dan landasan teori ilmiah yang jelas sehingga dua hal ini berbeda antara kearifan lokal dengan keilmuan," bebernya.
Terlepas dari fakta yang dipaparkan BMKG, pawang hujan dari Bali, Rara Isti Wulandari kabarnya dibayar cukup besar selama gelaran MotoGP Mandalika. Tak tanggung-tanggung, ia bisa dapat ratusan juta selama 21 hari kerja di sana. (Ant)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News