Viral Pawang Hujan Rara Isti di MotoGP, Ini Peringatan Jro Paksi

23 Maret 2022 14:00

GenPI.co Bali - Aksi viral yang dilakoni Rara Isti Wulandari selaku pawang hujan di gelaran MotoGP Mandalika 2022 pada 18-20 Maret 2022 membuat pegiat ilmu kebatinan Bali, Jro Paksi Penyumbu Ring Perepan Sari beri tiga peringatan.

Bisa dibilang, pagelaran balap kuda besi terbesar seantero dunia telah sukses dilaksanakan di Indonesia untuk kali pertama setelah 25 tahun lamanya.

Kehebohan kompetisi balap motor ini bukan cuma gara-gara menampilkan berbagai pembalap kelas dunia saja, melainkan pula tradisi yang kental dengan Indonesia yakni pawang hujan.

BACA JUGA:  Di Bali, Puan Maharani Ajak IPU Realisasikan Dana Rp1,4 T

Bagaimana tidak? Gelaran race MotoGP yang bergulir di Sirkuit Mandalika, Lombok, NTB, pada Minggu (20/03/22) sempat hampir batal karena hujan deras hingga kilat menyambar.

Nah, saat itulah muncul pawang hujan dari Bali berdarah Jawa dan kelahiran papua bernama Rara Isti Wulandari. Meski balapan harus tertunda 75 menit, aksinya yang 'jinakkan' hujan berbuah manis.

BACA JUGA:  Bali Kalahkan Italia Jadi Tuan Rumah World Water Forum, Kok Bisa?

MotoGP Mandalika pun berlanjut meski dengan jadwal molor, Miguel Oliveira sukses rebut podium juara satu disusul oleh Fabio Quartararo dan Johann Zarco.

Jawara kompetisi ini pun seolah kalah pamor dari aksi kelewat sakti sang pawang hujan hingga akhirnya 'orang sakti' atau pegiat kebatinan asal Bali, Jro Paksi turut memberikan komentarnya.

BACA JUGA:  Viral Sobek Loreng di Klungkung, TNI Dipanggil Pangdam Udayana

Pria ini mempertanyakan profesionalitas Mbak Rara lewat tiga peringatan pasca aksi sang perempuan itu viral di gelaran balapan akbar.

1.Kode Etik Pawang Hujan Menurut Jro Paksi, kode etik yang wajib dipegang pawang hujan sejatinya lebih utama untuk membantu kegiatan keagamaan atau manusia yadnya.

"Semua yang berpacu di Mandalika adalah kuda besi, logikanya tak perlu ada pawang hujan, mereka sudah tahu ban motor apa yang harus dipakai saat hujan atau panas," tutur Jro Paksi, Selasa (22/03/22).

2. Tidak Boleh Terima Bayaran Pawang hujan juga tidak boleh menerima suatu pekerjaan karena mengejar bayaran semata.

Ada tugas mulia lainnya yang harus dijunjung tinggi oleh seorang pawang hujan.

3. Bukan Ajang Pamer Kesaktian Menurut Jro Paksi, keahlian mengendalikan hujan dan panas bukan untuk dipamerkan ke orang lain.

"Maaf saya tidak tahu saya sakti atau tidak, tetapi teknologi kekinian jauh jadi faktor utama dalam sebuah kegiatan atau tujuan," papar Jro Paksi.

Aksi pamer ini juga untuk menghindari jika gagal dalam menjalankan tugasnya, semisal hujan masih turun.

"Apapun ritualnya, itu usaha seorang pawang mengendalikan hujan, tetapi harga diri jadi turun kalau hujan tetap turun," bebernya.

Jro Paksi yang asli Bali ini juga menyayangkan gelaran sekaliber MotoGP Mandalika percaya dengan pawang hujan hingga nama Rara Isti Wulandari bisa melambung tinggi. (gie/jpnn)

 

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: I Made Dwi Kardiasa

BERITA TERKAIT

Copyright © 2025 by GenPI.co BALI