GenPI.co Bali - Setelah 2 tahun vakum, gelaran pawai Ogoh-ogoh akhirnya bisa obati kerinduan warga Bali pada malam Pangerupukan, Rabu (02/03/22). Hanya saja, kemeriahan di Kota Denpasar memiliki satu masalah fatal.
Sebagaimana diketahui, pandemi Covid-19 sempat membuat tradisi yang sangat erat kaitannya dengan umat Hindu Pulau Dewata tertunda.
Hanya saja, ada yang berbeda pada tahun 2022 ketika akhirnya Gubernur I Wayan Koster memberikan lampu hijau agar somya atau pengarakan Ogoh-ogoh bisa berjalan lagi.
Nah, antusiasme warga yang tak terbendung pun terlihat di beberapa wilayah, meskipun pada dasarnya guyuran hujan menjadi hal tak terelakan.
Sayangnya, di balik kemeriahan pawai yang obati kerinduan warga Bali tersebut, Kota Denpasar malah berpotensi munculkan klaster baru Covid-19 imbas masalah kendur prokes.
Camat Densel Made Sumarsana mengakui protokol kesehatan (prokes) pada malam Pengerupukan tampak kendur dan tidak terkendali.
"Secara peraturan sebenarnya kita sudah sangat ketat untuk menjaga prokes,” kata Sumarsana, Selasa (02/03/22).
Menurutnya, antusiasme warga untuk menyaksikan pengarakan ogoh-ogoh cukup tinggi lantaran sudah dua tahun pawai ogoh-ogoh ditiadakan. Akan tetapi, keadaan untuk taat prokes di lapangan sulit dikendalikan.
"Kita lihat antusiasme warga berjubel di jalan-jalan untuk menyaksikan ogoh-ogoh, memang karena masyarakat sudah rindu dengan ogoh-ogoh," bebernya.
Usai kegiatan ini, ia berharap tidak ada lagi lonjakan kasus Covid-19 di wilayah Kecamatan Densel.
"Syukurnya kita lihat hampir semua warga mengenakan masker, semoga cukup bisa menekan paparan Covid-19," tandasnya.
Terlepas dari fakta masalah potensi penyebaran Covid-19 di Bali, segenap polisi dan pihak berwajib di Denpasar bahu membahu melakukan pengamanan pada gelaran pawai Ogoh-ogoh saat Pangerupukan tersebut. (gie/jpnn)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News