GenPI.co Bali - Aktivitas pariwisata membuat sejumlah pantai di Pulau Bali disebut tak lagi ramah bagi penyu bertelur.
Aktivitas marina dan beach club tersebut menimbulkan kebisingan dan pencahayaan yang berlebihan ke arah pantai.
"Kualitas pantai itu yang dulunya ramah untuk penyebar telur sekarang menjadi tidak penyebaran telur di beberapa titik," kata Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bali R. Agus Budi Santosa, Jumat (25/02/2022).
Dia mengatakan sejumlah faktor yang disebutkan di atas membuat penyu takut dan enggan bertelur di pantai.
Penyebab lain penyu tak lagi datang yakni adanya bangunan pemecah ombak dan pemagaran.
"Bagaimana penyu mau bertelur. Hampir, di semua pantai yang mempengaruh ekonomi tinggi, kan banyak dilakukan hal-hal seperti itu," kata dia.
Dia menjelaskan penyu merupakan satwa yang akan datang bertelur di mana dia menetas.
Dia mencontohkan misalnya menetas di Pantai Jembrana, maka dia akan kembali ke pantai tersebut untuk bertelur.
"Balik lagi dan kecenderungan dia balik ke tempat asalnya tinggi," katanya.
Dia menambahkan ada 19 titik pantai yang menjadi spot penyu bertelur di Bali.
Beberapa di antaranya adalah Pantai Kuta dan Sanur.
Kini, penyu-penyu rupanya sudah banyak yang kembali ke dua pantai yang disebutkan tersebut.
Sebab pantai Sanur dan Kuta sepi akibat pandemi.
"Karena pantainya sudah mulai sepi, kalau di atas jam enam sore," ujarnya.
Terkait kondisi ini, pihaknya berkoordinasi dengan Pemerintah Daerah setempat agar membuat aturan khusus.
Dia mengusulkan adanya Peraturan Daerah (Perda) melarang pembangunan atau aktivitas marina dan beach club di pantai tempat penyu bertelur.
"Kita lagi proses koordinasi dengan teman-teman pemda dan aparat terkait," katanya.(*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News