GenPI.co Bali - Era pandemi Covid-19 saat ini menurut Gubernur I Wayan Koster bukan alasan budaya Bali tak perlu dilestarikan. Apa alasannya berpikir demikian?
Saat membuka Bulan Bahasa Bali IV Tahun 2022 di Taman Budaya, Denpasar pada Selasa (01/02/22), sang gubernur mengatakan berbagai macam kebudayaan Pulau Dewata merupakan warisan.
Bahasa, sastra, dan aksara yang termasuk dalam suatu budaya Bali merupakan sari pemikiran leluhur di masa lampau. Tak ayal hal ini patut dijaga kelestariannya demi anak cucu kita.
"Bahasa, aksara, dan sastra Bali ini merupakan akar kebudayaan Bali," tutur I Wayan Koster pada Selasa (01/02/22).
Pada gelaran Bulan Bahasa tahun 2022 ini, tema yang diusung ialah "Danu Kerthi: Gitaning Toya Ening" (Air Merupakan Sumber Pengetahuan).
Tema itu pun sejalan dengan karakteristik pengetahuan yang mengalir terus tiada henti selayaknya air. Adapaun pengetahuan tersebut memancarkan kebajikan, kesejahteraan, dan kemuliaan dunia.
"Karena itu, selain sebagai usaha pelestarian dan pengembangan bahasa, aksara, dan sastra Bali, maka kegiatan ini sekaligus sebagai media mengetuk hati krama (masyarakat) untuk menjaga sekaligus menyucikan mata air," imbuhnya.
Ia juga menambahkan bahwa gelaran Bulan Bahasa yang berlangsung selama bulan Februari 2022 ini memiliki tujuan membumikan visi Pemerintah Provinsi Pulau Seribu Pura hingga ke seluruh desa adat.
"Semoga penyelenggaraan Bulan Bahasa Bali memberikan manfaat bagi krama Bali," kata dia lagi.
Pernyataan Gubernur I Wayan Koster ini pun cukup beralasan. Pasalnya, ia berharap agar kebudayaan Bali tetap bisa bertahan seiring berjalannya waktu meskipun saat ini masuk periode krisis semasa pandemi Covid-19. (Ant)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News