GenPI.co Bali - Sinyal kepunahan berpotensi terjadi lagi di Bali setelah satwa langka seperti penyu diketahui sulit untuk hidup lama. Pasalnya, sampah plastik di laut buat sebagian diantaranya mati.
Jauh sebelum ini, Pulau Dewata sejatinya punya keanekaragaman hayati yang tak terkira. Bahkan, banyak satwa khusus yang punya habitat di sana.
Akan tetapi, imbas pembangunan yang pesat dan keegoisan manusia, beberapa satwa endemik dari Pulau para Dewa harus punah, salah satunya harimau Bali.
Kini hal serupa pun mulai terjadi lagi ketika manusia seolah-olah abai dengan pentingnya lingkungan bersih. Apalagi fakta sampah-sampah plastik bertebaran di laut lepas.
Sebagai buktinya, sampah-sampah ini pun membahayakan habitat penyu yang notebene salah satu hewan terancam punah. Hal ini dibenarkan oleh Kepala BPSPL Denpasar, Permana Yudiarso.
"Ini adalah sinyal bahaya bagi kita karena banyak sampah datang dari berbagai sumber berbeda dan jika berlanjut ini bisa jadi bencana bagi penyu laut atau mungkin lumba-lumba dan paus makin sekarat," kata dia.
Menurut data ada delapan penyu yang terjerat sampah. Enam ditemukan di Pantai Berawa pada Minggu lalu, salah satunya tak bisa diselamatkan. Sementara dua lain ditemukan di Pantai Canggu dan Pantai Munggu masih dalam perawatan.
Permana menampik jika penyebab utama satwa itu terjebak ialah karena sampah kayu, melainkan sejatinya imbas sampah yang melayang seperti plastik salah satunya.
"Ada suatu kemungkinan bahwasannya gelombang laut begitu besar dan banyak sampah melayang di dalamnnya. Alhasil, penyu langsung terbawa gara-gara itu dan akhirnya tercampur dengan sampah," kata dia lagi.
Laporan terkait penyu yang terjebak imbas sampah bukanlah suatu hal baru. Jika Bali tak segera bertindak, bukan tak mungkin mereka bakal alami kehilangan salah satu satwa pentingnya lagi. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News