GenPI.co Bali - Bank Indonesia (BI) menyebutkan solusi utama untuk menyelamatkan ekonomi Bali ialah adanya kerjasama antar daerah (KAD) untuk atasi inflasi.
Semenjak adanya pandemi Covid-19, Pulau Dewata menjadi salah satu wilayah paling terdampak karena mengandalkan sektor pariwisatanya.
Ketika tingkat ekonomi kian berkurang karena bisnis wisata mati suri, pihak BI malah menemukan adanya inflasi atau kenaikan harga pangan.
Lewat survei pemantauan harga yang dihelat Bank Indonesia pada bulan November minggu ketiga, diperkirakan terjadi inflasi sebesar 0,1-0,5 persen (mtm) disumbang oleh canang sari, minyak goreng dan lain-lain.
Alhasil demi bisa mengendalikan masalah ini, menyeimbangkan ekonomi, dan menjami pemenuhan komoditas pangan, Rizki Ernadi Wimanda selaku Deputi Kepala Perwakilan BI menyebut kunci penting KAD.
"Kerjasama antar daerah sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan komoditas, terutama komoditas pangan bagi daerah yang defisit dan untuk memasarkan produk di daerah surplus," kata Rizki, Minggu (28/11).
Inflasi hingga Oktober di Provinsi Bali terbilang rendah dengan 0,54 (ytd). Core inflation dan administered price tercatat rendah, namun volatile food berada pada tingkat 5,20 persen (yoy).
Minyak goreng, daging ayam ras, daging babi, dan tongkol yang diawetkan menjadi komoditas penyumbang inflasi di Pulau Seribu Pura selama ini.
"KAD diharapkan dapat meminimalkan terjadinya fluktuasi harga dan perbedaan harga antar daerah, terutama untuk volatile food," imbuhnya.
Harapan adanya KAD untuk mengatasi masalah inflasi diharapkan Bank Indonesia juga jadi solusi penyeimbang ekonomi Bali. Terutama dalam hal agar masyarakat memperoleh harga pangan yang stabil. (Ant)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News