Kesehatan: Awas Penyakit Dengue! Tandanya Demam Sulit Turun

25 September 2022 09:00

GenPI.co Bali - Salah satu anggota Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Dr. dr. Anggraini Alam, Sp.A(K) memaparkan bahaya kesehatan berupa penyakit dengue lewat tanda demam sulit turun pada manusia.

Ketua Unit Kerja Koordinasi Infeksi & Penyakit Tropis – IDAI tersebut mengatakan kans penyakit bernama lain Demam Berdarah (DBD) itu begitu kuat terlihat saat panas tubuh tak lekas turun pasca minum obat.

"Demam tidak turun atau segera naik walau telah memberikan penurun demam seperti acetaminophen atau parasetamol," kata Anggraini dalam webinar kesehatan, Selasa.

BACA JUGA:  Ahli Gizi Sebut Bahaya Obat Diet Berefek Buang Air, Kenapa?

Waspadai terkena Dengue bila demam juga tak turun meski sudah memakai kompres hangat dan meminum cairan dengan rasa atau selain air putih. Demam juga bisa disertai kulit wajah kemerahan dan tidak nyaman saat menghadapi cahaya terang.

Jika itu terjadi, penting untuk mencari tahu apakah di lingkungan rumah, sekolah atau orang-orang di sekitar ada yang terkena penyakit Dengue untuk membantu memastikan penyebabnya.

BACA JUGA:  Gegara Penataan Tol Bali Mandara, Persiapan KTT G20 Rampung

Dengue adalah penyakit demam mendadak tinggi yang disebabkan virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti.

Selain demam tinggi, tanda-tanda masalah kesehatan berupa nyeri kepala, nyeri otot dan sendi, nyeri belakang mata, ruam di kulit, hilang nafsu makan, perdarahan dan mual serta muntah.

BACA JUGA:  Karang Memadu Bikin Delegasi G20 Kagumi Desa Penglipuran Bali

Perdarahan pada Dengue bisa berupa mimisan, gusi berdarah, bintik-bintik merah kulit di daerah muka, leher, dada atau punggung atas, tinja berwarna hitam atau darah haid yang berlebihan.

Dalam perjalanan penyakit Dengue, fase kritis justru terjadi ketika demam mulai turun, di mana ada potensi terjadinya komplikasi pada Dengue antara hari ketiga hingga ketujuh.

Pada fase kritis ada potensi komplikasi seperti syok karena perembesan plasma yang hebat, perdarahan otak, kelainan metabolik, kegagalan hati fulminan hingga syok berkepanjangan yang berujung kematian.

Segeralah pergi ke fasilitas kesehatan bila tubuh merasa lemas, asupan minum kurang, tidak buang air kecil di atas enam jam, nyeri perut hebat, perdarahan, sesak napas, pucat, gelisah, kejang, tangan dan kaki dingin saat diraba.

Gejala lainnya adalah sering mengantuk, kesulitan bernapas, kebingungan mental, muntah darah dan bercak merah kulit di berbagai tempat.

Gejala-gejala tersebut merupakan tanda peringatan untuk kondisi yang membahayakan.

Pasien yang kondisinya lebih baik boleh saja dirawat di rumah, tapi pastikan asupan cairannya tercukupi, tak hanya air putih, tetapi juga susu, jus buah dan cairan elektrolit isotonik agar elektrolit dalam tubuh tetap seimbang.

Anggraini mengatakan, parasetamol oral bisa dikonsumsi dengan catatan tidak lebih dari 75mg/kgBB/hari dengan dosis maksimum 4g/hari.

Kompres dan seka tubuh dengan air hangat serta periksa dan berantas sarang nyamuk di dalam atau sekitar rumah.

Dia mengingatkan bahwa konsumsi antibiobik tidak diperlukan, jangan pula mengonsumsi obat berisi asam asetilsalisilat (aspirin), asam mefenamat (ponstan), ibuprofen atau obat anti-inflamasi nonsteroid (NSAID) atau steroid.

Konsultasikan dengan dokter bila pasien telah mengonsumsi obat ini sebelumnya. (Ant)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: I Made Dwi Kardiasa

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co BALI