GenPI.co Bali - Banyak kalangan menyebut jika tembakau dibakar dan tembakau dipanaskan merupakan hal sama, padahal sejatinya keduanya berbeda terutama pada segi risikonya.
Sebagaimana diketahui, manusia terkadang menggemari kegiatan merokok untuk melepas kepenatan selagi kerja atau demi mencari suatu inspirasi.
Kegiatan bernama lain ngudud ini pun jadi salah satu alasan mengapa banyak kalangan baik pria dan terkadang wanita menyisihkan uangnya untuk membeli produk berbahan dasar tembakau tersebut.
Hanya saja, sedikit orang menyadari jika baik rokok konvensional dan rokok modern memiliki perbedaan yang cukup signifikan, hal tersebut terungkap oleh Profesor Riccardo Polosa dari Universitas Catania, Italia.
"Produk tembakau dipanaskan telah terbukti menghasilkan kadar zat yang jauh lebih sedikit daripada rokok," kata Polosa dikuti laman Nature, Senin (25/10/21).
Dari sisi kerja, produk alternatif atau tembakau yang dipanaskan bekerja ketika suhu panas terkontrol dibawah 350 derajat Celcius. Dengan pengaturan itu, pembakaran tak akan terjadi.
Tak adanya asap, maka bisa menurunkan masalah terhadap kesehatan hingga 90-95 persen lebih rendah ketimbang rokok konvensional.
Sementara itu untuk rokok dibakar terkesan lebih berbahaya bagi kesehatan manusia karena alasan adanya zat-zat karsinogenik yang aktif bersamaan dengan keluarnya asap.
"Studi telah menunjukkan bahwa ketika suhu rokok naik, tingkat zat kimia berbahaya yang dihasilkan juga turut meningkat," kata Profesor Victor Gurevich dari Universitas St Petersburg Rusia.
Secara garis besar, kegiatan merokok konvensional berupa dibakar sangat tidak dianjurkan demi kesehatan. Bagi peminat ngudud mungkin bisa mencoba tembakau yang dipanaskan atau via vape (rokok elektrik). (Ant)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News