Profil Ikranagara, Aktor Veteran Serbabisa Asal Jembrana

31 Agustus 2022 17:00

GenPI.co Bali - Berikut profil tokoh tenar Indonesia bernama Ikranagara, seorang aktor veteran yang punya bakat serba bisa asal Jembrana, Bali.

Lahir pada 19 September 1943 Loloan Barat, Gumi Makepung, beliau merupakan keturunan campuran Bali, Jawa, Madura dan Bugis, Sulawesi Selatan.

Ikra sapaan akrabnya mewarisi darah Madura-Makassar dari sang ayah, sementara darah Jawa-Bali didapatkannya dari ibu.

BACA JUGA:  Harga Telur Naik, Disperindag Bali Sebut Biang Keroknya

Pria yang kini berusia 78 tahun ini sudah lekat kaitannya dengan dunia seni saat masih usia anak-anak, terutama saat diperkenalkan kesenian pewayangan.

Ia mendapat ilmu ini dari rekan sang ayah yang berprofesi sebagai dalang dan pembuat wayang.

BACA JUGA:  Menparekraf Uno Bangga, Desa Wisata di Bali Masuk ADWI

Kegemaran ibunya terhadap puisi juga membuat Ikra hobi menulis sejak kecil. Beberapa puisinya sempat dimuat di Koran Bali.

Profil seorang Ikranagara terbilang cukup menarik terutama pada bagian kariernya sebelum jadi terkenal di dunia hiburan Indonesia.

BACA JUGA:  Teco Mendadak Kunjungi Training Center Bali United, Ada Apa?

Pria asal Jembrana, Bali ini awalnya tak sengaja mengenal duia seni peran. Segalanya berawal saat ia berteman dengan Putu Wijaya yang sama-sama menyukai dunia tulis-menulis.

Ia lantas membuat grup teater bersama Putu Wijaya ketika SMA. Saat itu Ikra yang pemalu memilih untuk berada di balik layar sebagai penulis naskah dan Putu Wijaya sebagai pemain.

Oleh Putu Wijaya, Ikra kemudian dipaksa tampil. Ternyata sang aktor veteran menikmatinya dan bahkan karena terlalu sibuk dengan grup teaternya, ia pernah tidak naik kelas.

Jiwa seninya semakin menjadi ketika pindah ke Banyuwangi dan bertemu dengan teman satu kosnya bernama Armaya yang merupakan seorang penyair.

Ia kemudian bergabung dengan HSBI (Himpunan Seni Budaya Islam) pimpinan Hasnan Sibgodimayan dan banyak menimba ilmu dari beliau.

Lulus SMA, Ikra melanjutkan kuliah ke Fakultas Kedokteran UGM namun tidak selesai karena takdirnya berada di bidang seni.

Ia sendiri sebenarnya tidak pernah berpikir untuk berkecimpung di dunia akting, namun tawaran selalu datang padanya.

Film pertamanya adalah PAGAR KAWAT BERDURI yang sempat dilarang tayang oleh Partai Komunis Indonesia.

Meskipun akhirnya diamankan oleh Presiden Soekarno,namun film ini tetap tidak bisa ditayangkan di bioskop.

Film keduanya adalah BERNAFAS DALAM LUMPUR yang dibintangi oleh Suzanna.

Uniknya, saat itu Ikra sempat berkelakar bahwa ia selalu ingin bermain film dengan si Ratu Horor Indonesia.

Tiba-tiba Ikra dipanggil untuk datang ke lokasi syuting film Suzanna dan ucapannya akhirnya menjadi kenyataan.

Selain sebagai pemain film, ia juga pernah menjadi dosen tamu di Universitas California Tahun 1974 dan dilanjutkan dengan menjadi dosen di Universitas Ohio pada tahun 1980an.

Sepanjang karirnya, Ikra telah bermain dalam 13 judul film.

Beberapa penghargaan yang pernah diraih oleh aktor kawakan ini antara lain Pemeran Pembantu Pria Terpuji Festival Film Bandung (2009), dan Pemeran Utama Pria Terbaik Indonesian Movie Award (2009).

Kecintaannya pada dunia seni peran membuat Ikra bersama Putu Wijaya melakukan dekonstruksi terhadap teater tradisional khususnya yang ada di Bali.

Ia ingin menghasilkan pementasan teater yang berakar kepada budaya pra-Indonesia seperti yang dilakukan rekannya WS Rendra melalui budaya Jawa dan Arifin C. Noer pada budaya Cirebon dan Betawi.

Selain profil lengkap soal karier, kehidupan pribadi Ikranagara juga layak untuk disimak. Adapun aktor berpengalaman ini menikah dengan Kay Ikranagara dan memiliki dua orang anak bernama Innosanto Nagara dan Rakrian Biko Nagara. (*)

Profil

Nama: Ikranagara
Lahir: 19 September 1943 (umur 78) di Jembrana, Masa Pendudukan Jepang
Pekerjaan: Aktor, Pelukis, Sastrawan
Tahun aktif: 1970–sekarang
Suami/istri: Kay Ikranagara
Anak: 2

Filmografi

Bernafas dalam Lumpur (1970)
Cinta Biru (1977)
Dr. Siti Pertiwi Kembali ke Desa (1980)
Untukmu Indonesiaku (1980)
Djakarta 66 (1982)
Kejarlah Daku Kau Kutangkap (1986)
Keluarga Markum (1986)
Bintang Kejora (1986)
Under The Tree (2008)
Laskar Pelangi (2008)
Garuda di Dadaku (2009)
Sang Pencerah (2010)
Sang Kiai (2013)
Laskar Pelangi 2: Edensor (2013)

Karya Teater

Topeng (1972)
Saat-Saat Dramband Mengerang-ngerang (1973)

Karya Sastra

Ambil Puisi (1979)
Tirai (1984)

Sinetron

Sebuah Pintu Sebuah Kalbu (1992)
Masih Telah tersedia Saat (1997)

Penghargaan

Pemeran Pembantu Pria Terpuji Festival Film Bandung (2009)
Pemeran Utama Pria Terbaik Indonesian Movie Award (2009)

 

 

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: I Made Dwi Kardiasa

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co BALI