Bahaya! Kesehatan Mental Anak Terancam Efek Candu Gadget

02 Agustus 2022 20:00

GenPI.co Bali - Psikolog Prof. Dr. H. Seto Mulyadi, S. Psi., M.Si. alias Kak Seto menuturkan bahaya kecanduan gadget yang bisa bikin kesehatan mental anak-anak terganggu kelak.

Menurut dia, kalangan anak belia rentan alami masalah kontrol emosi hingga berakibat marah-marah tak jelas ketika sinyal susah dan kuota habis.

Intinya mereka merasa selalu tak terpenuhi kenikmatannya dan kenyamanannya. Bahkan, kondisi mereka riskan masuk rumah sakit jiwa.

BACA JUGA:  Duel Mengerikan di Klungkung Bali, Adik Kakak Berlumuran Darah

"Jadi dari berbagai hal inilah sesuatu yang dinikmati dan sudah merasa nyaman dengan keadaan itu, tiba-tiba hilang secara mendadak, memang bisa menimbulkan anak-anak stres," tuturnya.

Menurut Kak Seto kecanduan gadget atau gawai bisa berudung bencana karena kalangan anak tidak ingin lakoni sosialisasi.

BACA JUGA:  Kesehatan: Waspada Luka Sariawan Sulit Sembuh Bisa Jadi Kanker

"Dia tidak bisa belajar sosial, tidak bisa melihat bagaimana pergaulan," jelas Ketua Umum Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) itu.

Lebih lanjut, Seto menjelaskan ada beberapa kondisi yang harus diwaspadai oleh orangtua saat anak kecanduan gawai.

BACA JUGA:  Kecelakaan Fatal saat Liburan di Bali, Bule Inggris Sekarat

Apabila anak sudah sulit untuk diatur, mengganggu pola makan, ibadah dan waktu belajar, hal tersebut perlu diwaspadai.

Apalagi jika mood sang anak sulit untuk dikendalikan jika dijauhkan dari gawai.

"Kalau anak sudah mulai nggak teratur. Kalau makan, nggak makan. Kalau ibadah, tidak. Waktunya belajar juga tidak. Terus main gadget. Kadang mengurung diri di kamar. Atau uring-uringan. Marah-marah, nah itu sudah harus waspada," katanya.

Jika anak sudah mengalami hal tersebut, Kak Seto menyarankan agar orangtua dapat meluangkan waktu untuk berkomunikasi dengan anak.

Dengan demikian, hubungan persahabatan antara orangtua dan anak pun dapat terjalin sehingga anak tak hanya terfokus pada gawainya saja.

"Jadi biasakan menggelar rapat keluarga. Atau ngobras, ngobrol bareng asik misalnya. Jangan sekedar memberikan perintah saja. Tapi mulai dengan sekarang ayah dan bunda mau dengar apa yang menurut kalian kami salah? Gitu," kata Kak Seto.

Dengan dialog, menurut Kak Seto, maka terjalin persahabatan. Akhirnya, anak lebih nyaman bahwa ayah sama bunda sekarang sudah berubah. Tidak seperti dulu.

"Karena itu juga tempat pelarian anak. Begitu ibunya marah, ayahnya cuek, ya sudah. Asyik banget dia dengan gadget," pungkasnya. (Ant)

 

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: I Made Dwi Kardiasa

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co BALI