Psikolog Ungkap Bahaya Besar Timpa Anak Imbas Kekerasan Seksual

24 Juli 2022 03:00

GenPI.co Bali - Ratih Ibrahim selaku psikolog klinis mengungkapkan kasus kekerasan seksual pada anak bisa berujug bahaya besar untuk jangka panjang.

Menurutnya, kasus yang banyak terjadi di institusi pendidikan berbasis agama berpotensi menyebabkan sang korban mengalami trauma yang mendalam.

Selain itu, berbagai kasus pelecehan seksual di lembaga pendidikan juga menyebabkan keraguan dan menghilangkan kepercayaan masyarakat terhadap institusi tersebut.

BACA JUGA:  Gegara FMM G20 di Bali, Indonesia Bakal Miliki Pesawat Tempur Ini

“Jadi dampaknya kepada masyarakat muncul goncangan insecrurity atau ketidakamanan dan kepercayaan luar biasa besar, dan pada korbannya itu rusaknya dahsyat banget,” ujar Ratih saat dihubungi ANTARA via telepon di Jakarta, Selasa.

Selain runtuhnya kepercayaan masyarakat terhadap institusi pendidikan berbasis agama, korban kekerasan seksual juga tak hanya "dirusak" secara fisik tapi berpotensi mengalami trauma berkepanjangan.

BACA JUGA:  Hapus Tarif Ekspor Kelapa Sawit, Sri Mulyani Bawa Kabar dari Bali

“Jadi pada korban efeknya luar biasa merusaknya secara seksual apalagi dilakukannya di lembaga yang semestinya suci, sakral dan dilakukan oleh orang yang semestinya justru menjadi panutan teladan dan tonggak moralitas,” ucapnya.

Dengan demikian, ia berharap institusi pendidikan dapat melakukan seleksi tenaga pengajar secara lebih ketat, dengan harapan bisa mencegah masuknya ‘penjahat’ dalam institusi tersebut.

BACA JUGA:  Profil Striker Bali United Spasojevic, Tragedi Tak Henti Prestasi

Selain itu juga penting melihat kepribadiannya dan integritas sebagai seorang tenaga pendidik profesional.

“Artinya bukan hanya berbasis pada kompetensi, penampilan, performa dan sebagainya. Kita harus menelisik kepada latar belakangnya secara jeli, kemudian value-nya dia terhadap nilai hidupnya,” ucap lulusan psikologi UI itu.

Pendiri dan CEO Personal Growth itu mengatakan, jika pelecehan seksual sudah terjadi, pelaku harus dihadapkan pada konsekuensi hukum yang tegas dan adil sesuai bukti dalam pengadilan.

Ia juga meminta guru serta orang tua bekerja sama melindungi dan mendengarkan korban.

“Tentu juga ada pendampingan psikologis oleh psikolog klinis dan psikiater untuk membantu si korban bisa menyembuhkan lukanya kemudian bisa menghadapi lukanya, membangun ketahanan dia, sehingga kemudian bisa berfungsi lagi,” ucap psikolog itu.

Ratih pun menyarankan kepada para orangtua untuk membentengi anak demi mencegah tindak pelecehan seksual, yaitu dengan edukasi tentang seksualitas dan edukasi sosial.

Harapannya agar anak bisa menjaga dirinya dari tindakan seksual bahkan dari orang terdekat.

“Di sini kan harapannya orangtua sungguh-sungguh jadi pelindung utamanya anak-anak. Makanya sangat sedih kalo pelakunya justru orangtua atau orang yang menjadi walinya,” ucap Ratih.

Ia pun memberi saran bagi orangtua yang ingin menyekolahkan anaknya di institusi pendidikan berbasis agama maupun sekolah lainnya, yaitu dengan melihat tenaga pendidik dan mencari tahu kurikulum sekolah tersebut.

Ia juga menyarankan untuk melihat latar belakang sekolah dan berdiskusi dengan orangtua lainnya. (Ant)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: I Made Dwi Kardiasa

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co BALI