Kesehatan: Dokter Sebut Bahaya Tunggu 8 Jam untuk Sikat Gigi

10 Juli 2022 12:00

GenPI.co Bali - Atas dasar alasan kesehatan gigi dan mulut, seorang dokter mewanti-wanti masyarakat agar tak menunggu delapan jam untuk sikat gigi.

Pernyataan ini dilontarkan oleh Ketua Pengurus Besar Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PB PDGI) drg. Usman Sumantri, M.Sc., yang menyebut bahaya munculnya plak.

Tak heran ia mengiimbau agar orang-orang segera membersihkan giginya sesegera mungkin setelah makan.

BACA JUGA:  Ketum PSSI Iwan Bule Bongkar Kick Off Liga 1, Bali United Bersiap

“Jangan menunggu sampai delapan jam untuk menyikat gigi, terutama setelah makan. Kalau itu dilakukan, saya yakin tidak akan terjadi (gigi berlubang),” kata Usman saat dijumpai wartawan di Jakarta, Sabtu.

Ia menjelaskan bahwa plak gigi terbentuk dari sisa makanan yang menempel pada gigi. Sisa makanan yang tidak dibersihkan akan berubah menjadi lapisan lengket atau lunak jika dibiarkan lebih dari delapan jam.

BACA JUGA:  Iduladha: Polisi Bali Periksa Penjual Hewan Kurban, Alasannya?

Apabila lapisan lunak tidak dihilangkan, maka plak akan mengeras dan sulit untuk dihilangkan.

Usman mengatakan plak tersebut dipenuhi bakteri yang dapat merusak email atau lapisan paling luar pada gigi.

BACA JUGA:  Kasus Positif Covid-19 di Bali Efek Wisman, Kata Gubernur Koster?

Kondisi tersebut yang dapat menimbulkan gigi berlubang.

Selain menyikat gigi, Usman juga menganjurkan agar masyarakat memeriksakan kondisi kesehatan gigi dan mulut ke dokter setidaknya enam bulan sekali walaupun tak ada keluhan khusus.

Menurut penelitian, lanjutnya, orang cenderung mengalami penambahan lubang pada gigi dalam waktu enam bulan jika kurang melakukan perawatan.

Usman mengatakan gigi berlubang merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut yang paling umum ditemui pada masyarakat Indonesia, dengan perkiraan sekitar 70 sampai 78 persen.

Ia mengatakan gigi berlubang menjadi permasalahan serius apabila tidak tertangani dengan baik.

“Sudah bolong, dia diam saja, kemudian makanan masuk, maka lubangnya bertambah besar, bisa kena saraf. Kalau sudah kena saraf, giginya lama-lama mati,” katanya.

Usman mengatakan gigi yang sudah mati dan tidak ditangani juga berpotensi menimbulkan masalah kesehatan lainnya, misalnya memicu masalah pada ginjal atau jantung, apalagi jika dibarengi dengan faktor penguat (reinforcing factors).

Selain gigi berlubang, masalah lainnya yang lazim ditemui juga termasuk kondisi gigi tanggal.

Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, rata-rata pada usia 35-44 tahun masyarakat Indonesia sudah kehilangan dua gigi serta rata-rata di usia 65 tahun sudah kehilangan 11 gigi.

“Boleh makan coklat, boleh makan es krim, tapi sikat gigi minimal dua kali. Itu anjurannya. Sebelum tidur dan setelah sarapan. Itu saja. Jangan lebih dari delapan jam, nanti dia (sisa makanan) mengendap,” kata Usman. (Ant)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: I Made Dwi Kardiasa

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co BALI