Di Tengah Kesuksesan Orang Lain, Wajarkah Hidup Biasa-biasa Saja?

10 Juni 2022 20:00

GenPI.co Bali - Psikolog Rininda Mutia menyebut adanya suatu kewajaran kala seseorang memilih hidup biasa-biasa saja di tengah kesuksesan orang lain atau kerabatnya.

Anggapan berhasil dalam kehidupan sejatinya bisa dialami oleh kalangan berbagai usia, baik itu anak muda hingga kalangan pengusaha berkepala tiga.

Nah, Mutia dari Ikatan Psikolog Klinis Indonesia mengatakan tidak ada salahnya bila ada orang yang ingin punya kehidupan biasa saja, sebab definisi sukses itu bervariasi.

BACA JUGA:  Atasi Ginjal Kronis, RS Karangasem Bali Sediakan Layanan Ini

"Karena nilai dan kebutuhan seseorang berbeda-beda," kata psikolog dari Universitas Atma Jaya kepada ANTARA, Jumat.

Kesuksesan diartikan berbeda oleh setiap orang, tergantung dari kebutuhan individu.

BACA JUGA:  Faktor Kompleks, Presiden Rusia Putin Belum Pasti Hadiri G20 Bali

Orang yang punya kebutuhan untuk punya prestasi ingin punya nilai baik di sekolah dan jabatan bagus di kantor.

Ada juga orang yang mementingkan interaksi dengan orang lain, lebih baik punya banyak teman ketimbang nilai bagus.

BACA JUGA:  Rusia Batal Datang? Presiden Ukraina Hadiri KTT G20 di Bali

Ada pula mereka yang lahir dengan kebutuhan untuk punya kuasa, hasrat menjadi seorang pemimpin.

Oleh karena itu, kesuksesan individu bisa diartikan berbeda-beda. Bagi orang yang menginginkan kehidupan stabil, maka hidup wajar adalah hasil kesuksesan.

Di sisi lain, ada orang yang menganggap hidup stabil itu membosankan dan ingin hidup lebih menantang bagai roller coaster.

"Jadi, inilah mengapa kita tidak bisa membandingkan satu orang dengan yang lainnya. Kita tidak bisa bilang dia sukses dan dia tidak sukses," tegas Rininda.

Ia tidak menampik ada standard tak tertulis di masyarakat mengenai kriteria kesuksesan, mulai dari masuk sekolah terbaik, lulus dengan nilai bagus, masuk universitas favorit, bekerja di perusahaan tertentu, dan punya rumah bagus.

Namun, bukan berarti seseorang harus mengikuti "aturan" tersebut jika ternyata nilai-nilai itu bertentangan dengan diri individu.

"Ini pentingnya mengenali diri kita sendiri. Kebutuhan saya apa? Nilai- nilai dalam diri saya apa? Apakah saya sudah menjalani hidup sesuai dengan keinginan dan nilai- nilai dalam diri saya?"

Oleh karena itu, dia menyarankan setiap individu untuk fokus terhadap kelebihan diri sendiri dan menerima kekurangan masing-masing.

Sebagai contoh, seorang anak jago di bidang bahasa dan kurang pandai di bidang matematika.

Maka, kembangkanlah diri di bidang yang dikuasai atau bakat yang dimiliki agar hasilnya luar biasa.

Dengan mengenali kelebihan dan kekurangan, seseorang bisa sedikit-sedikit memperbaiki kekurangan tapi lebih fokus untuk meningkatkan apa kelebihannya sehingga lebih mudah meraih kesuksesan di jalur tersebut. (Ant)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: I Made Dwi Kardiasa

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co BALI