Kesehatan Mental: Cemas-Depresi Bikin Orang Kena Penyakit Kronis

22 Mei 2022 03:00

GenPI.co Bali - Masyarakat kini patut waspada setelah adanya studi soal kesehatan mental bahwasannya tingkat cemas dan depresi bisa bikin orang terkena penyakit kronis.

Hasil ini didapatkan dari sebuah penelitian retrospektif berjudul "Asosiasi Depresi dan Kecemasan Dengan Akumulasi Kondisi Kronis", yang diterbitkan dalam jurnal JAMA Network Open.

Dalam studi terkait kesehatan mental tersebut menyebutkan bahwa wanita dari segala usia dan pria yang lebih muda dengan kecemasan dan depresi lebih mungkin memiliki penyakit kronis tertentu.

BACA JUGA:  Danau Tamblingan Buleleng Bali Lestari, Menteri KKP Beri Bantuan

penelitian ini menganalisis data kesehatan terhadap 40.360 orang dewasa dari Olmsted County di Minnesota, yang diambil dari catatan medis Proyek Epidemiologi Rochester.

Untuk penelitian ini, para peserta dibagi menjadi tiga kelompok usia yakni 20, 40, dan 60 tahun. Selanjutnya dibagi menjadi empat kelompok dengan kecemasan, depresi, kecemasan dan depresi, serta tidak ada kecemasan atau depresi.

BACA JUGA:  Blahbatuh Gianyar Bali Zona Merah, Banyak Korban Kena Rabies

Dibandingkan dengan peserta yang tidak mengalami kecemasan atau depresi, wanita di ketiga kelompok usia dan pria berusia 20-an punya risiko yang jauh lebih tinggi terkena kondisi kronis, seperti hipertensi, asma, bahkan kanker.

Dalam tiga kelompok usia, wanita berusia 20-an yang memiliki kecemasan dan depresi, berada pada risiko tertinggi terkena penyakit kronis, dengan peningkatan risiko lebih dari 61 persen dibandingkan dengan peserta tanpa gangguan mental.

BACA JUGA:  Wisdom Turun 10 Persen, Bali Malah Alami Kenaikan Wisman

Kemungkinan yang paling kecil adalah wanita berusia 60-an yang mengalami kecemasan tunggal.

Sedangkan untuk pria, mereka yang mengalami kecemasan dan depresi pada kelompok usia 20 tahun paling mungkin mengembangkan kondisi kronis, dengan peningkatan risiko hampir 72 persen.

Pria dengan kecemasan pada kelompok usia 60 paling kecil kemungkinannya, dengan penurunan risiko lebih dari 8 persen.

dr. Preeti Singh, konsultan senior, psikologi klinis dan psikoterapi dan kepala petugas medis, Lissun, India setuju dengan temuan penelitian tersebut. Ia juga mengatakan bahwa penyakit kronis juga mempengaruhi kesehatan mental.

"Ada cukup penelitian untuk memberi tahu kami bahwa ketika seorang pasien yang memiliki kondisi kesehatan mental akan membutuhkan waktu lebih lama untuk pulih dari penyakit fisik," kata dr. Singh.

Lebih lanjut dr. Singh mengatakan, pria atau wanita mana pun, yang didiagnosis dengan kondisi kronis juga akan memiliki risiko lebih tinggi untuk mengembangkan kondisi kesehatan mental.

Hal ini saling mempengaruhi, sebab kondisi fisik yang kronis memerlukan banyak transformasi dan perubahan dalam hal kualitas hidup dan gaya hidup, mulai dari memengaruhi pekerjaan mereka, hingga hubungan dan tentu saja, perawatan itu sendiri.

Dalam kasus seperti kanker atau kondisi ginjal kronis perawatannya bersifat invasif, intens, dan sering.

"Semua ini menciptakan disonansi dan stres bagi pasien. Akibatnya, mereka menjadi terisolasi, menarik diri dan tidak mencari bantuan. Guncangan penyakit kronis itu sendiri bisa mengancam jiwa," ujar dr. Singh. (Ant)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: I Made Dwi Kardiasa

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co BALI