Penyakit Hepatitis Berat Patut Diwaspadai, Ini Alasan Dokter

03 Mei 2022 20:00

GenPI.co Bali - Pakar ahli sekaligus dokter bernama Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama menerangkan alasan patutnya masyarakat waspada akan penyakit hepatitis dalam tingkatan berat.

Gara-gara penyakit yang disebabkan virus ini telah mulai menyebar di kalangan orang Singapura, Prof. Tjandra menyebut bisa saja penyebarannya telah terjadi di Indonesia.

"Jelas kewaspadaan memang diperlukan. Untuk deteksi kalau ada kasus yang dicurigai, termasuk akses dan ketersediaan pemeriksaan adenovirus dan berbagai jenis virus lainnya," kata dia melalui pesan elektroniknya, Minggu.

BACA JUGA:  Pemudik Antre di Pelabuhan Gilimanuk Bali Disapa Bupati Jembrana

Dia mengatakan, kasus hepatitis akut berat menjadi perhatian Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) selama beberapa waktu terakhir. Pada pekan lalu, WHO melaporkan setidaknya 169 kasus dari 12 negara terkait hepatitis ini.

Badan yang menangani penyakit menular di Eropa yakni European CDC (E-CDC) menyatakan, patogen yang paling banyak ditemukan pada pasien hepatitis akut berat ini yakni adenovirus das SARS-CoV-2.

BACA JUGA:  Selidiki Kasus, Mobil Polisi Bali Jatuh ke Jurang Nusa Penida?

Di Inggris, sekitar 75,5 persen kasus positif terhadap adenovirus, dan pemeriksaan subtipe pada 11 kasus menunjukkan adenovirus tipe 41F, sama dengan yang dilaporkan di Amerika.

Sementara itu Pusat Pengendalian Penyakit Amerika Serikat (CDC) pernah melaporkan 9 kasus di Alabama dan semuanya positif adenovirus dengan dua pasien harus menjalani transplantasi hati.

BACA JUGA:  Kasus Putra Siregar, Chandrika Chika Joget TikTok di Bali

Gejala yang dirasakan para pasien ini antara lain muntah, diare dan infeksi saluran napas atas.

Menurut Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara, data penelitian epidemiologi awal belum menunjukkan secara jelas adanya sumber penularan utama, apakah terkait makanan, obat atau bahkan toksin.

"Kejadian penyakit ini jarang, tidak jelas ada tidaknya kemungkinan penularan antar manusia, kasusnya masih bersifat sporadik," kata dia.

Saat ini, WHO menyatakan kasus hepatitis akut berat sudah sampai Singapura. Pasien diketahui berusia 10 bulan dan pernah mengalami COVID-19 pada Desember lalu.

Belum ada bukti ilmiah yang jelas terkait hepatitis akut dengan infeksi virus corona.

Sebagai langkah meningkatkan kewaspadaan penyakit ini, dia menilai penyedia layanan kesehatan di Indonesia perlu mulai siaga, setidaknya memberikan penjelasan pada tenaga kesehatan dan berbagai terapi dasar bila terjadi kasus.

Selain itu, penyuluhan kesehatan pada masyarakat luas juga diperlukan.

Alasan dokter meminta masyarakat Indonesia begitu waspada akan penyakit hepatitis berat tak lepas dari fakta kasus mengejutkan bahwasannya tiga anak di Jakarta meninggal karena penyakit tersebut. (Ant)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: I Made Dwi Kardiasa

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co BALI