Apa Itu Tumpek Krulut? Hari Kasih Sayang Versi Bali

09 Februari 2022 15:30

GenPI.co Bali - Gubernur Bali Wayan Koster menyebut Hari Tumpek Krulut merupakan bagian dari budaya Bali untuk hari kasih sayang.

Ia bahkan meminta masyarakat Bali tak merayakan hari valentine setiap 14 Februari dan menggantinya dengan Tumpek Krulut.

Lantas, apa itu hari Tumpek Krulut? berikut penjelasannya.
 
Kepala Kantor Kementerian Agama Kab. Badung I Nyoman Arya menjelaskan tumpek krulut merupakan hari kasih sayang bagi umat hindu se-Bali.

BACA JUGA:  Curi Ban Mobil Terparkir di Denpasar Bali, Pria Diciduk Polisi

Hal ini dituangkan di dalam banten di rong tiga berupa Pejati, Daman, Tipat sirikan, Pesucian.

"Tujuannya menumbuhkan kasih sayang dan taksu pada diri kita," katanya dikutip dari situs Kementerian Agama Bali.

BACA JUGA:  Kemenparekraf Rilis Warm Up Vacation Bali, 5 Hotel Harga Segini

Sementara itu, dosen Institut Hindu Dharma Negeri (IHDN) Denpasar bernama Prof. Dr. Drs. I Made Surada mengatakan ada perbedaan antara Tumpek Krulut dengan Hari Valentine.

Tumpek Klurut maknanya yakni untuk mengasihi dan menyayangi seluruh alam semesta dan isinya.

BACA JUGA:  Pelatih Bali United Singgung Soal Mistis saat Imbang Lawan PSM

Kata krulut memiliki asal dari kata lulut. Kata ini secara harfiah memiliki arti kasih sayang atau tresna.

Oleh karena itulah, tidak heran kalau dalam pelaksanaannya, banyak yang menyebut upacara ini sebagai perayaan hari valentine ala Bali.

Ia mengungkapkan kalau suara yang memiliki peran penting dalam perayaan Tumpek Krulut juga punya tugas penting dalam hubungan antarmanusia.

Dengan adanya suara, manusia bisa saling berkomunikasi. Oleh karena itu, upacara ini juga kerap digunakan sebagai pengingat agar manusia selalu bersikap baik dan kasih pada sesamanya.

Pada perayaan upacara ini, masyarakat Hindu Bali sejatinya memberikan persembahan kepada Dewa Iswara yang menurut kepercayaan hadir dalam bentuk manifestasi gamelan.

Kemudian menyipratkan air suci ke set gamelan yang akan disucikan. Penyucian ini bertujuan untuk menghilangkan hal-hal buruk yang menempel pada gamelan.

Selanjutnya, masyarakat Bali akan memberikan sajian berupa sesajen yang merupakan simbol persembahan kepada Dewa Iswara.

Jenis sesajen yang diberikan pun beragam. Biasanya dilengkapi dengan ketupat, ajuman, tigasan, pengambean, serta peras.

sesajen ini dapat diletakkan di dekat alat musik dengan tujuan agar suara gamelan tetap terdengar cantik dan indah.

Namun hal yang penting dalam perayaan ini adalah rasa tulus dalam melaksanakannya.

"Karena, rasa tulus dalam melaksanakan upacara serta memberikan sesajen merupakan bentuk nyata dari rasa kasih sayang yang dimiliki oleh setiap orang," katanya dikutip dari situs resmi Pemkab Buleleng.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Imam Rosidin

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co BALI