GenPI.co Bali - Sering berobat ke dokter? Anda pastinya sadar mengapa resep yang dituliskan langsung oleh ahli kesehatan yang ditemui sulit untuk dibaca. Apa penjelasan terkait tulisan jelek ini?
Tak perlu contoh melalui resep obat, tulisan tangan orang yang sering mendiagnosa manusia sakit atau tidaknya ini juga kurang oke di sepucuk surat.
Dr. Hermawan Saputra Dewan Pakar Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) pun menuturkan jika ada alasan mengapa tulisan tersebut susah dibaca.
"Seorang tenaga kesehatan memiliki volume layanan yang cepat. Kecepatan berpikir tidak diampu kecepatan jari jemarinya sehingga tulisannya begitu teramat 'indah,' susah dibaca masyarakat," kata Saputra, Rabu (17/11/21).
Mengingat tulisannya kadang sangat susah dibaca, suatu hal lazim ketika apoteker bahkan harus sering melakukan konfirmasi ulang kepada dokter penulis resepnya.
Namun, seiring berjalannya teknologi dan era digital, tulisan ini bisa teratasi dengan tulisan melalui komputer bukan tulis tangan lagi.
Akan tetapi bukan berarti ahli obat yang diserahkan resep oleh pasien tak perlu mengkonfirmasi ulang kepada si dokter.
Malahan, Saputra merekomendasikan agar apoteker tetap bertanya agar kesalahan obat-obat yang diinginkan bisa dinetralisir seminimal mungkin.
"Jadi tetap kalaupun ada peralihan full antara penggunaan peresepan konvensional dengan sistem elektronik, tetap ada sistem konfirmasi," kata dia lagi.
Pernyataan dari dr. Hermawan Saputra ini pun setidaknya membuat kita lebih lega akan alasan mengapa tulisan tangan dokter, baik dalam hal resep obat atau lainnya susah untuk dimengerti orang awam. (Ant)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News