GenPI.co Bali - Malas gerak atau istilah trennya mager bagi kawula muda manusia ternyata bisa sangat berbahaya. Bahkan menurut dokter ahli, kebiasaan ini bisa berimbas banyak gangguan kesehatan.
Dokter spesialis penyakit dalam bernama Decsa Medika Hertanto menyebutkan jika alasan jarang bergerak menjadi suatu budaya mutlak orang-orang dari berbagai usia.
Web MD bahkan menuturkan jika sekitar 60-80 persen penduduk dunia baik negara maju dan berkembang sudah mengalami perubahan gaya hidup mager.
Perkembangan teknologi dan informasi nyatanya memang menjadi faktor penyebab munculnya kebudayaan ini dan menurut dr. Decsa bukanlah sesuatu yang patut dibanggakan.
Pasalnya, dr. Decsa berkata jika keseringan mager justru membuat penyakit berbahaya seperti radang tulang dan sendi terjadi, bahkan di usia muda atau kawula muda.
"Hati-hati bagi kita yang doyan mager sambil menunggu tukang ojol yang bawakan pesanan boba, sate usus dan soto jeroan. Bisa-bisa di usia 40-50 tahun aktifitas ini berimbas sakit tulan dan sendi lebih dini," kata Decsa.
Alasannya? Sederhana, imbas jarangnya gerak buat tubuh akan mengambil kandungan kalsium dalam tulang yang tentu berakibat tulang keropos alias osteoporosis.
Sakit ini bukan hanya akan menyerang usia tua, melainkan juga manusia yang memiliki rentah usia muda.
"Selain itu yang menjadi perhatian adalah banyaknya populasi usia 40-an sekarang sudah alami keropos tulang. Sangat menyedihkan bukan?" Kata dia lagi.
Demi bisa mengatasi permasalahan mager ini, kawula manusia muda pun diharapkan dr. Decsa lakukan olahraga ringan yang cukup, makan makanan bergizi seimbang, dan tidur minimal 8 jam sehari. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News